Inpari 33 terbukti tahan hama wereng

26 Januari 2018 20:51 WIB
Inpari 33 terbukti tahan hama wereng
Panen perdana di demarea Pengendalian WBC dan Budidaya Tanaman Sehat menggunakan Inpari 33 seluas 30 hektare di Desa Sukodadi, Kecamatan Buay Madang Timur, Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) dipanen Kamis (25/1/2018). (ANTARA News/Hand Out)
Jakarta (ANTARA News) - Inpari 33 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru (VUB) padi tahan hama Wereng Batang Coklat (WBC) berpotensi hasil tinggi. 

Varietas tersebut memiliki ketahanan terhadap WBC biotype 1, 2 dan 3 bahkan terindikasi pula tahan terhadap biotype WBC populasi lapang, sehingga mampu beradaptasi di daerah-daerah endemik WBC. 

Keunggulan varietas ini terbukti di demarea Pengendalian WBC dan Budidaya Tanaman Sehat menggunakan Inpari 33 seluas 30 hektare di Desa Sukodadi, Kecamatan Buay Madang Timur, Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) dipanen Kamis (25/1). 

Hasil ubinan demarea yang dilakukan bersama Kepala Dinas Pertanian OKU Timur, petugas BPS, Brigade Proteksi Tanaman, POPT, PPL, Poktan dan petani, diperoleh hasil 11,89 ton per hektare GKP atau setara 10,10 ton per hektare GKG. 

Hasil ini tentunya sangat membanggakan dan belum pernah tercapai sebelumnya, demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian OKUT, Ir. Ruzuan Effendi, MM saat panen di lokasi. 

Rata-rata provitas pertanaman musim sebelumnya (sebelum demfarm) di lokasi ini sekitar 6-7 t GKP per hektare dan lebih rendah lagi ketika adanya serangan WBC. 

Ruzuan, berharap bahwa Demarea ini bisa dilanjutkan dengan sekala lebih luas dan sekaligus dapat diterapkan oleh petani. Kabupaten OKUT musim ini menggelar seluas 400 hektare demarea serupa; 100 hektare di kecamatan Belitang, 200 hektare di Kecamatan Buay Madang Timur dan 100 hektare di Kecamatan Buay Madang.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, Dr. Ir. Priatna Sasmita, MSi. Menjelaskan bahwa kenaikan provitas yang signifikan itu tidak lain merupakan hasil optimalisasi penerapan berbagai komponen teknologi budidaya secara terpadu. 

Khusus di daerah-daerah endemik WBC termasuk di demarea, penggunaan komponen teknologi VUB Inpari 33 tahan WBC merupakan pilihan yang tepat. 

Dijelaskannya, sebagian varietas yang ditanam di Kabupaten OKUT masih merupakan varietas-varietas lama, seperti Ciliwung, Ciherang, Mekongga, IR42 dan yang lainnya yang sebenarnya tidak memiliki ketahanan terhadap berbagai biotipe WBC yang saat ini berkembang sehingga rentan terhadap hama ini. 

Oleh karena itu penggunaan VUB yang sudah jelas memiliki ketahanan terthadap berbagai biotype WBC seperti Inpari 33 merupakan pilihan tepat untuk daerah endemik. Sasmita lebih lanjut menjelaskan bahwa selain Inpari 33, tersedia juga varietas tahan WBC biotype 1, 2, 3 dan teridentifikasi tahan WBC populasi lapang seperti Inpari 3, Inpari 4, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19 dan Inpari 31.  

Varietas-varietas tersebut dapat dijadikan pilihan untuk daerah-daerah rawan hama WBC.

Sasmita, menjelaskan lebih lanjut bahwa keberhasilan demarea Pengendalian WBC dan Budidaya Tanaman Sehat tersebut di atas, tentu tidak sepenuhnya ditentukan oleh penggunaan varietas tahan, namun juga faktor penting lainnya dalam hal pengelolaan budidaya, seperti pengaturan jarak tanam (Jarwo 2:1), pengelolaan kesuburan lahan, pemupukan berimbang, serta pengendalian hama secara terpadu dan ramah lingkungan. 

Menurut Damsuki AP, salah seorang petugas POPT penyelia yang aktif melakukan pendampingan di demarea tersebut, menjelaskan bahwa demarea ini mengintegrasikan berbagai komponen teknologi sehingga hasilnya dapat memuaskan. 

Beberapa komponen yang diterapkan di demarea selain VUB Inpari 33 adalah: pengelolaan lahan, aplikasi dekomposer, pupuk organik, pemupukan berimbang, aplikasi dolomit, dll. 

Dijelaskannya pula bahwa untuk daerah endemik WBC, seperti di beberapa daerah di OKUT, pengendalian secara terpadu perlu mendapat perhatian. 

Pengendalian tidak selalu diartikan penggunaan insektisida, jelasnya. Damsuki, menjelaskan pula bahwa dalam rangka budidaya tanaman sehat demarea ini tidak menggunakan insektisida namun mengaplikasikan pestisida nabati, agensia hayati, dan juga tanaman refugia (tanaman yang memiliki daya tarik bagi serangga). 

Damsuki lebih lanjut menjelaskan bahwa dari pengamatan keseharian di demarea bersama timnya; kondisi pertanaman demarea sangat berbeda dengan pertanaman di lokasi yang sama sebelum demarea. 

Pertanaman demarea selain lebih prima, populasi OPT juga selalu berada di bawah ambang kendali. Dikemukakannya bahwa sepanjang pertumbuhan vegetatif dan generatif populasi hama khususunya WBC hanya sekitar 1-2 ekor per rumpun saja. 

Menurutnya, hal yang menarik pada pertanaman demarea ini adalah justru ada kecenderungan meningkatnya populasi serangga-serangga berguna, seperti paederus (tomcat), Ophionea (bobotolan), Lycosa (laba-laba), Coccinela (bergai kumbang kubah kecil), dan lain-lain. 

Kondisi ini diduganya sebagai dampak penggunaan pestisida nabati dan tanaman refugia sebagai pengendali ramah lingkungan.  

Integrasi aplikasi padi tahan wereng coklat dengan budidaya dan rekayasa pengendalian ramah lingkungan seperti demarea ini tentunya dapat dijadikan acuan untuk dikembangkan lebih luas lagi khsusnya di daerah-daerah endemic WBC, tegas petugas POPT penyelia saat panen di demarea ini. (PS)

Pewarta: Antara
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018