• Beranda
  • Berita
  • Pangan lokal cuma kebagian 10 persen transaksi "e-commerce" kuliner

Pangan lokal cuma kebagian 10 persen transaksi "e-commerce" kuliner

26 Januari 2018 21:28 WIB
Pangan lokal cuma kebagian 10 persen transaksi "e-commerce" kuliner
Ilustrasi - Pisang Udang khas Kampung Tugu (ANTARA News/ Natisha)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyebut produk pangan lokal Indonesia masih belum mendominasi dalam perdagangan online dan kalah dari produk pangan asing.

Bahkan menurut Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan dari total transaksi e-commerce makanan, hanya sekira 10 persen saja yang merupakan produk buatan dalam negeri.

"Ketika kita bicara produk Indonesia, kalau ditinjau dari platform e-commerce kita, tidak berlebihan kalau kami katakan masih 90 persen produk yang diperdagangkan itu tidak diproduksi di Indonesia. Hanya 10 persen yang made in Indonesia," katanya di sela-sela peluncuran platform digital Food Startup Indonesia (FSI) di Jakarta, Jumat

Fadjar menuturkan kontribusi produk pangan lokal tersebut justru berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Ia menyebut kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB terus meningkat dari sekitar Rp700 triliun hingga Rp750 triliun pada 2014 menjadi hingga mendekati Rp1.000 triliun.

"Info terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 2017 yang belum dipublikasi, angkanya sudah mendekati Rp1.000 triliun. Sekira 40 persen lebih dari nilai tersebut dikontribusi subsektor kuliner," katanya.

Fadjar berharap pengembangan subsektor kuliner melalui bantuan pembinaan dan akses permodalan bagi perusahaan rintisan dalam FSI akan dapat mendorong pertumbuhan subsektor tersebut dalam perekonomian.

Ia juga menyebut pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah memanfaatkan perkembangan ekonomi digital agar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi masyarakat Tanah Air.

Terlebih, kuliner Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang karena kekhasan yang hanya dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

"Ini PR kita bagaimana agar ekonomi digital, e-commerce itu tidak hanya besar karena kita sebagai pangsa pasarnya tetapi bagaimana kita ambil bagian dalam produksinya. Industri makanan punya konten lokal yang sulit ditiru produsen luar negeri," sebutnya.

Bekraf meluncurkan platform digital Food Startup Indonesia dalam upaya mendorong pengembangan usaha rintisan (startup) subsektor kuliner.

Platform digital melalui www.foodstartupindonesia.com dibuka bagi para pendaftar hingga 26 Juni 2018.

FSI adalah acara yang digelar Bekraf untuk meningkatkan subsektor kuliner dengan menghubungkan "startup" kuliner kepada ekosistem kuliner terpadu serta meningkatkan akses permodalan non perbankan.

Untuk mendaftar FSI 2018, usaha kuliner harus sudah berdiri dan dijalankan. Usaha kuliner juga harus memiliki kebutuhan pendanaan tahap awal maupun berkembang serta memiliki inovasi, berbasis teknologi dan memiliki dampak sosial.

Kegiatan yang telah dilakukan sejak 2016 itu akan memilih 100 startup kuliner yang siap dan berkualitas untuk mengikuti rangkaian kegiatan Demoday pada Juli mendatang.

Di tahapan final, usaha kuliner akan berkesempatan menarik minat potensial investor untuk berinvestasi pada bisnis mereka.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018