"Peluang membangun lumbung pahan ada di lahan rawa. Untuk itu perlu ditangani dengan baik," kata Pending Dadih melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia memaparkan lahan rawa di Indonesia menurut data yang tercatat di Badan Litbang Pertanian mencapai 34,4 juta hektare terdiri atas lahan pasang surut seluas 20,1 juta hektare dan lahan rawa lebak seluas 13 juta hektare.
Dadih optimistis jika lahan rawa ini dikelola dengan baik dapat memberikan provitas dan peningkatan intensitas pertanaman (IP) sehingga cita-cita menjadi lumbung pangan dunia bisa terwujud.
Optimasi lahan rawa difokuskan pada peningkatan provitas dan peningkatan intensitas pertanaman (IP). Saat ini intensitas pertanaman di lahan rawa rata-rata baru satu kali tanam (IP 100).
"Sering terjadinya air pasang di areal pertanaman yang tidak segera surut, membuat bibit terlambat tanam. Bahkan pada daerah tertentu sampai tiga kali pembibitan. Hal ini mengakibatkan biaya produksi bertambah besar," kata dia.
Kementan menjadikan Sumatra Selatan sebagai model pengembangan lahan rawa lebak pada tahun ini. Melalui upaya pembuatan kanal-kanal dan penyediaan pompa air berkapasitas 3.000 sampai 3.500 m3 atau 1.000 liter perdetik, diharapkan lahan bisa ditanami sehingga IP dan provitas bisa ditingkatkan.
Pengembangan lahan rawa lebak seluas 51.250 hektare teralokasi di enam provinsi. Kementan mengimbau masing-masing provinsi sudah bisa menyiapkan sasaran, agrosistem serta hidrologinya.
Kesulitan lainnya dalam mengembangkan lahan rawa adalah sumber daya manusia. Menurut Dadih, perlu penyiapan atau pemahaman sumber daya manusia untuk pengelolaan lahan sistem kluster atau satu manajemen dengan mengelola 100 hektare.
Kementan berharap realisasi yang sudah dicapai pada 2017 sebesar 91,95 persen dapat ditingkatkan lagi tahun ini.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018