Awan mirip UFO kejutkan warga Banyumas

27 Januari 2018 18:14 WIB
Awan mirip UFO kejutkan warga Banyumas
Ilustrasi UFO. (Pixabay/Christianplas)
Banyumas (ANTARA News) - Sebagian warga Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, khususnya yang bermukim di sekitar Kawasan Wisata Baturraden dikejutkan dengan munculnya awan yang berbentuk seperti UFO (Unidentified Flying Object)

Bahkan, foto awan yang muncul di lereng selatan Gunung Slamet pada hari Sabtu, sekitar pukul 10.00 WIB, telah banyak beredar melalui media sosial.

Salah seorang warga yang mengabadikan kemunculan awan itu melalui kamera telepon pintarnya, Kusworo mengaku baru sekali melihat fenomena alam tersebut.

"Begitu melihatnya, saya langsung memotret awan tersebut," kata dia yang juga Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyumas.

Dia mengakui masyarakat sekitar Baturraden sempat khawatir jika awan tersebut mengakibatkan bencana seperti angin puting beliung atau langkisau.

Oleh karena itu, dia pun segera menyiagakan personel TRC BPBD Banyumas guna mengantisipasi jika terjadi bencana pascamunculnya awan tersebut.

Salah seorang warga Purwokerto, Waskita mengaku sempat heran ketika melihat ke arah utara karena Gunung Slamet terlihat tidak seperti biasanya.

"Tadi pagi, awan yang menutupi lereng selatan Gunung Slamet tidak terlihat seperti biasanya, kelihatan aneh," katanya.

Warga lainnya, Imam mengaku khawatir awan yang muncul pada Sabtu (27/1) pagi itu mengganggu penerbangan terutama pesawat berukuran kecil.

Saat dihubungi dari Purwokerto, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan awan yang muncul di Baturraden termasuk awan lentikularis.

"Awan yang berbentuk seperti UFO itu secara ilmiah disebut `Altocumulus lenticularis` yang lebih dikenal dengan awan lentikularis," katanya.

Ia mengatakan awan lentikularis sebenarnya hanya awan biasa namun karena adanya dua angin yang berlawanan arah dan saling bertubrukan sehingga membuat awan seperti melintir.

Dalam hal ini, kata dia, angin yang cukup kencang di dekat puncak gunung terbentur ke gunung sehingga angin tersebut akan memutar atau melintir dan memengaruhi bentuk awan di atasnya.

"Awan tersebut tidak berdampak atau tidak mendatangkan bencana, maksimum tiga jam sudah hilang," jelasnya.

Kendati tidak mendatangkan bencana, dia mengatakan awan lentikularis sangat berbahaya bagi penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018