Jokowi dan Ashraf Ghani tukar penutup kepala

30 Januari 2018 12:40 WIB
Jokowi dan Ashraf Ghani tukar penutup kepala
Presiden Joko Widodo disambut dalam upacara kenegaraan di Afghanistan, Senin (29/1). (Setkab)
Jakarta (ANTARA News) - Ada kisah unik saat Presiden Joko Widodo dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melakukan pertemuan bilateral yaitu saling bertukar tutup kepala yang dikenakan oleh masing-masing kepala negara diiringi canda pada Senin lalu.

"Presiden Jokowi menerima longi, topi panjang yang menjuntai dan juga mengenakan chapan, jubah khas Afganistan. Juntaian longi ini bila dibentangkan mencapai 7 meter. Sementara Presiden Ashraf Ghani mengganti pakulnya dengan peci berwarna hitam yang langsung dikenakan oleh Presiden Jokowi," demikian keterangan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin diterima Antara di Jakarta pada Selasa.

Hal itu menunjukkan betapa akrab dan hangatnya hubungan kedua kepala negara saat kunjungan Presiden Jokowi ke Afghanistan yang tengah dilanda musibah konflik dalam negeri.

Setelah saling tukar tutup kepala, Jokowi dan Ghani menunaikan solat zuhur berjamaah di masjid yang berada di Istana Presiden Agr.

Sebelumnya, pada saat kedatangan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana bergerak menembus salju dan angin dingin sepanjang jalan menuju Istana Presiden Agr yang ditempuh selama 10 menit.

Presiden pun langsung disambut dengan pelukan hangat Presiden Ashraf Ghani, sehingga tampak seperti dua sahabat yang sudah lama tak berjumpa.

Kedua kepala negara langsung berjalan berdampingan mengikuti upacara kenegaraan dengan suhu udara yang mencapai 1 derajat celsius disertai terpaan salju yang tidak menghalangi kehangatan keduanya.

Pada saat pemeriksaan pasukan, keduanya menebarkan senyum sebagai pesan kepada dunia bahwa persahabatan dan perdamaian adalah kunci dalam memanifestasikan kesejahteraan.

Sementara itu saat pertemuan Tete-a-Tete alias empat mata, keakraban pun jelas terlihat.

"Tidak ada ketegangan yang memperlihatkan mereka berada di kota yang baru diguncang ledakan bom beberapa jam sebelumnya," jelas Bey.

Kemudian dalam pernyataan pers bersama, Presiden Ghani menunjukkan hubungan yang begitu akrab dengan Indonesia.

"Kedatangan Yang Mulia tidak perlu membawa emas, tapi membawa hujan dan salju. Hujan dan salju merupakan berkah bagi kami. Salju dan hujan tidak pernah memilih akan turun pada orang kaya atau orang miskin," ujar Presiden Ghani.



Lencana Keberanian

Pada jamuan santap siang kenegaraan di Istana Presiden Agr, Presiden Jokowi menerima lencana Medal of Ghazi Amanullah dari Presiden Afghanistan.

Penyematan lencana ini sebagai penghormatan kepada Presiden Jokowi atas keteguhan dan keberanian dalam memajukan hubungan bilateral Indonesia-Afghanistan, terutama dalam mengupayakan pembangunan perdamaian di Afghanistan.

"Terimakasih atas anugerah Medal Ghazi Amanullah. Medal ini akan menjadi spirit baru upaya meningkatkan hubungan bilateral dan perdamaian," jelas Presiden Jokowi.

Kendati hanya berada di Kabul selama seperempat hari, namun hal itu menunjukkan keteguhan hati Presiden berupaya membangun perdamaian di tataran global, khususnya di Afghanistan sesuai amanat UUD 1945.

Sementara bagi Presiden Ghani, kehadiran seorang pemimpin bangsa dari negara terbesar di ASEAN, Presiden Jokowi, begitu bernilai dalam menunjukkan kepada dunia bahwa Afghanistan mampu memberikan jaminan keamanan kepada tamu negara dan mendorong perdamaian harus segera diwujudkan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di dalam Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 sebelum meninggalkan Kota Kabul mengatakan serangan terorisme yang bertubi-tubi terjadi di Kabul bahkan tidak menyurutkan langkah Presiden Jokowi melanjutkan kontribusi bagi rekonsiliasi dan perdamaian di Afghanistan. "Komitmen ini ditunjukkan dengan kehadiran Presiden di Kabul," ujar Retno.

Menlu pun mengutip hal yang dikatakan Presiden Jokowi bahwa "Perdamaian bukan hal yang jatuh dari langit. Perdamaian harus diupayakan. Marilah kita bergandeng tangan menciptakan perdamaian, marilah kita bergandengan tangan memelihara perdamaian".

Sebelumnya serangan teror bom mobil maupun serangan teror mematikan ke Hotel Intercontinental di Kota Kabul beberapa hari menjelang jadwal kunjungan kenegaraan, tidak membuat Presiden Joko Widodo "ciut".

Dengan hati mantap Presiden Jokowi menjejakkan kakinya sebagai Presiden Republik Indonesia kedua setelah Presiden Sukarno yang mengunjungi negara Afghanistan, bahkan beberapa jam setelah serangan bom susulan.

Keberadaan Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di Kabul, Afghanistan terbilang singkat, tidak kurang dari enam jam.

Dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 pada Senin (29/1), rombongan tiba di Kabul pada pukul 11.40 waktu setempat atau 14.10 WIB dan meninggalkan Kabul pada pukul 17.25 waktu setempat atau 20.05 WIB.

Rombongan kepresidenan pun mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pada pukul 05:20 WIB usai sebelumnya transit di Bandara Hazrat Shahjalal, Kota Dhaka, Bangladesh untuk melakukan pengisian bahan bakar.



(Tz.B019/

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018