Laman New York Times menyebutkan tokoh terkenal yang kehilangan pengikut beragam, mulai dari penghibur, pengusaha, atlet maupun orang yang sering muncul di media, kebanyakan dari mereka membeli "follower" dari perusahaan Devumi.
Twitter pada Sabtu (27/1) menyatakan akan menggugat Devumi, yang memperdagangkan akun bodong dan aktivitas palsu di Twitter dan akun media sosial lainnya dengan mencuri informasi personal dari warganet sungguhan.
Menurut penelusuran Times, informasi pengguna Twitter di berbagai negara bagian AS, antara lain ribuan dari New York dan Florida, dikopi menjadi akun bot yang dijual Devumi atau perusahaan sejenis.
Devumi berbasis di Florida, tapi, mencantumkan New York City di alamat situs mereka. Pemiliknya German Calas juga tinggal di Florida.
Perusahaan induk Devumi, Bytion, memasukkan berkas di Florida yang memberi tahu mereka pindah tempat ke Colorado. Pengacara untuk urusan bisnis Calas, Jared Stark, dalam surat elektronik menyatakan kedua perusahaan pindah ke Denver awal Januari untuk sementara waktu.
Dia menolak berkomentar mengenai investigasi terhadap Devumi.
New York Times mengunjungi kantor di Denver tersebut dan mendapati sebgian besar kosong, hanya ada beberapa kardus yang diletakkan dekat dinding.
Direktur Manusia dan Budata Bytion, Gerald Sexton, menolak berkomentar dan menyatakan Calas tidak ada.
Temuan banyaknya pelanggan Devumi baik di dunia hiburan, politik maupun bisnis menimbulkan perdebatan mengenai akun dan aktivitas palsu di media sosial.
Twitter dan Facebook memberikan tanda cek biru untuk akun terverifikasi milik selebriti, politikus dan orang-orang penting lainnya agar tidak ada yang meniru akun tersebut.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018