Harga rata-rata karet alam menurut Daily Composite Price IRCo (14-day moving average) naik dari 1,46 dolar AS per kilogram pada 21 Desember 2017 menjadi 1,54 dolar AS per kilogram pada 31 Januari 2018.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan lima negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) pada 22 Desember 2017 menyepakati skema AETS yang mencakup pengurangan volume ekspor selama Januari-Maret 2018.
"ITRC sepakat mengurangi volume ekspor karet alam sebesar 350.000 ton selama tiga bulan, yaitu Januari-Maret 2018. Keputusan tersebut diterapkan dalam skema AETS kelima. Hasilnya, terjadi kenaikan harga karet alam sebesar lima persen," kata Oke dalam siaran pers kementerian, Sabtu.
AETS kelima tersebut, seperti keputusan-keputusan penerapan AETS sebelumnya, adalah langkah bersama negara produsen karet alam untuk mendongkrak harga, terutama agar harga bergerak ke tingkat yang lebih menguntungkan petani.
Pelaksanaan AETS di Indonesia didukung dengan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 67 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan AETS Kelima untuk Komoditas Karet Alam.
"Indonesia, bersama-sama Thailand dan Malaysia, berkomitmen menjalankan AETS sesuai kesepakatan dan regulasi di masing-masing negara," kata Oke.
Keputusan Menteri Perdagangan No.67/2018 menyatakan bahwa pelaksana AETS adalah Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), dan menegaskan bahwa eksportir yang melanggar implementasi AETS bisa kena sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
"Kepmendag merupakan penegasan pemerintah Indonesia bahwa AETS adalah kebijakan yang harus ditaati oleh pelaku usaha karet alam," ujar Oke.
Ia menambahkan bahwa implementasi skema AETS kelima dimonitor dan dievaluasi tiap bulan oleh Komite Monitoring dan Pengawasan ITRC.
Nilai ekspor karet alam Indonesia ke dunia turun dengan tren 20,69 persen pada periode 2012-2016, sedangkan volume ekspornya tidak berubah signifikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor karet alam tahun 2012 mencapai 7,86 miliar dolar AS dengan volume 2,44 juta ton. Pada 2013, nilainya turun menjadi 6,90 miliar dolar AS dengan volume ekspor naik menjadi 2,70 juta ton.
Pada 2014 nilai ekspor kembali turun ke 4,7 miliar dolar AS dan volumenya turun menjadi 2,62 juta ton. Tahun 2015, nilai ekspor turun lagi menjadi 3,69 miliar dolar AS, namun volumenya naik menjadi 2,63 juta ton. Penurunan nilai ekspor berlanjut pada 2016 menjadi 3,37 miliar dolar AS, volumenya juta turun menjadi 2,57 juta ton.
Selama Januari-November 2017, nilai ekspor komoditas ini mulai membaik, naik menjadi 4,77 miliar dolar AS dengan volume juga naik menjadi 2,77 juta ton.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018