Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo melarang perwakilan RI di luar negeri terutama para duta besar mencari-cari bantuan dari negara tempat bertugas untuk Indonesia.jangan sampai paling pojok. Saya sudah pesan-pesan. Bukan untuk saya. Untuk menunjukkan negara kita sebagai negara yang besar
"Yang perlu saya ingatkan, kita ini sudah masuk negara G20. Artinya kita ini sudah masuk golongan negara besar, jangan lagi ada yang merasa inferior, merasa kita ini rendah. Kita jangan lagi mencari-cari bantuan-bantuan," kata Presiden Jokowi ketika membuka Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di luar negeri di Gedung Pancasila Kemenlu Jakarta, Senin.
Menurut dia, Indonesia yang sudah masuk G20 seharusnya sudah membantu negara-negara lain. "Jangan nanti begini lagi," kata Jokowi sambil mengulurkan tangan sebagai tanda meminta.
Dalam acara yang dihadiri Menlu Retno Marsudi dan Menko Polhukam Wiranto, Jokowi menegaskan Indonesia negara besar di mana pertumbuhan ekonomi pada urutan ketiga atau keempat di antara negara-negara G20.
"Kalau kita masih merasa inferior juga, bagaimana kita mau gagah. Dalam summit, konferensi, saya selalu minta Bu Menlu, dubes, yang kita mau konferensi, nanti makan malam saya minta duduknya di sebelah tuan rumah. Kita ini negara besar jangan di pojok. Enggak mau saya," kata Jokowi.
Saat berfoto pun, ia meminta berada di sebelah atau sela satu dengan yang di tengah. "Jangan sampai paling pojok. Saya sudah pesan-pesan. Bukan untuk saya. Untuk menunjukkan negara kita sebagai negara yang besar," kata Jokowi.
Jokowi menyebutkan di ASEAN, hanya Indonesia yang masuk G20. "Kita negara besar, kalau ada yang menawarkan bantuan, ndak saya bilang. Kalau perlu kita bantu negara-negara yang memerlukan bantuan. Kemarin kita bantu negara-negara di Pasifik," katanya.
Baca juga: Buka Raker perwakilan RI, Jokowi ungkap tantangan diplomat masa kini
Jokowi juga mengingatkan pentingnya diplomasi ekonomi dari perwakilan RI di luar negeri.
"Kita harus serius menggarap pasar-pasar non-tradisional. Saya berikan contoh kemarin setelah kunjungan ke berbagai negara, terutama di negara Asia Selatan. Saya kaget juga bahwa masih banyak negara yang kita pandang sebelah mata padahal potensi ekonomi besar sekali," katanya.
Ia mencontohkan Pakistan yang penduduknya hampir 210 juta tapi ekonomi sangat baik. Juga Bangladesh dengan 160 juta penduduk, sehingga besar sekali pasarnya.
Pertumbuhan ekonomi dua negara itu juga cukup tinggi hampir tujuh persen. "Saya juga pernah minta ke Pak Menteri Perdagangan, buat stan pameran besar-besaran," katanya.
Jokowi meminta jika memang ada pameran maka harus dimanfaatkan dengan persiapan matang dan stan yang besar.
"Masa negara sebesar Indonesia, ekspornya kalah dengan Malaysia, kalah dengan Thailand, kalah dengan Filipina. Kita monoton, enggak pernah melakukan terobosan. Dengan Vietnam, kalah. Masa mau kita teruskan? Sekali lagi, di ASEAN hanya kita yang masuk negara G-20. Tapi ekspor kita kalah dengan Filipina, Thailand, Vietnam," kata Jokowi.
Menurut dia, tanpa langkah terobosan, tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan kalah dari Kamboja dan Laos baik di bidang ekspor maupun investasi.
"Sudah saya sampaikan di depan menteri-menteri, enggak mau saya begitu lagi. Ekspor dan investasi kita memang naik, tapi kita nggak mau kalah dengan negara tersebut," kata Jokowi.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018