• Beranda
  • Berita
  • Palestina inginkan proses perdamaian serius dengan dasar penyelesaian dua-negara

Palestina inginkan proses perdamaian serius dengan dasar penyelesaian dua-negara

13 Februari 2018 09:14 WIB
Palestina inginkan proses perdamaian serius dengan dasar penyelesaian dua-negara
Bendera Palestina dan Hamas (kanan) berkibar diatas reruntuhan sebuah rumah, menurut saksi hancur dalam serangan Israel selama tujuh minggu, di wilayah timur Kota Gaza, Rabu (3/9). Perang 50 hari di wilayah padat tersebut membuat Gaza luluh lantak. Dengan ekonomi terguncang akibat blokade Israel-Mesir, daerah kantong tersebut saat ini menghadapi pekerjan berat membangun kembali. (REUTERS/Suhaib Salem)
Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Sebagai reaksi atas pernyataan Donald Trump bahwa Palestina "tidak tertarik" pada proses perdamaian, seorang pejabat senior Palestina pada Senin (12/2) mengatakan Palestina sangat tertarik pada proses perdamaian yang sungguh-sungguh di Timur Tengah.

Dalam wawancara khusus dengan Xinhua, Mohamed Ishtayeh --anggota Komite Sentral Partai Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Fatah, dan mantan perunding perdamaian dengan Israel-- mengatakan, "Palestina menginginkan proses perdamaian yang serius yang mengakhiri pendudukan militer Israel dan mengembalikan mereka hak sah mereka."

Ia juga mengatakan dalam satu wawancara di kantornya di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Palestina bersedia, segera, "ketika ada keseriusan dalam proses politik yang memiliki pilihan yang jelas dengan dasar keabsahan internasional dan hukum internasional, dan dengan penengah yang jujur serta keterlibatan internasional".

Ishtayeh menekankan keadaan yang tak pernah diterima oleh Palestina "ialah pergi ke proses perdamaian yang menjadi jembatan bagi Israel untuk menyalurkan dan mendiktekan proyek perluasan permukimannya dan melanjutkan pendudukan militernya atas tanah Palestina".

"Kami telah berulangkali berusaha selama bertahun-tahun belakangan jalur yang ditaja AS dalam perundingan perdamaian bilateral, dan setiap kali, pembicaraan ini gagal ... masalahnya selalu tak ada penengah yang adil dan tak ada mitra perdamaian Israel yang sejati," kata Ishtayeh.

Ia menyatakan Pemerintah Israel saat ini di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu "bukan mitra dalam jalur perdamaian politik, sebab itu adalah pemerintah pemukim yang tak ingin mengakhiri pendudukan militer atas wilayah Palestina".

Ishtayeh mengomentari pernyataan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump dalam satu wawancara yang disiarkan di harian Israel, Israel Hayom. Trump menuduh Palestina bahwa saat ini "mereka tak memiliki keinginan dan minat untuk mewujudkan perdamaian".

Dalam wawancara dengan harian Israel tersebut, Trump juga mengatakan, "Kami menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi untuk mengajukan gagasan perdamaian kami, tapi saya masih tak melihat Palestina benar-benar berusaha untuk mewujudkan perdamaian." Ditambahkannya, ia tidak yakin bahwa Israel bertekad untuk mencapai perdamaian, dan kedua pihak mesti membuat konsesi.

"Pemimpin Palestina secara positif telah menanggapi semua seruan AS dan internasional selama beberapa tahun belakangan dengan harapan menemukan jalur politik yang sungguh-sungguh," kata Ishtayeh, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Ia menyatakan, "Pihak Palestina telah mengupayakan semua jalur untuk ini, tapi tak ada hasilnya."

Ia menegaskan Presiden Abbas bertemu dengan Netanyahu dalam tiga kesempatan terpisah. Namun "setiap kali perdana menteri Israel menolak untuk membahas jalur politik yang serius yang mengarah ke perdamaian sejati di Timur Tengah".


Pewarta: Antara
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018