"Tujuan dari pengembangan ini adalah menyediakan teknologi pemantauan gerakan tanah yang lebih efektif dan andal dalam memantau dan memberikan peringatan dini dari ancaman berbagai jenis gerakan tanag di daerah yang luas," kata Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, dalam jumpa pers, di Jakarta, Selasa.
Teknologi tersebut dinamakan LIPI sebagai Jaringan Sensor Nirkabel Untuk Pemantauan Tanah Longsor (Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring/LIPI Wiseland) dan Teknologi Mitigasi Longsor Berbasis Drainase Siphon (The Greatest). Dua teknologi itu dikembangkan Tohari bersama Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Suryadi.
Sensor nirkabel LIPI Wiseland terdiri atas empat elemen, yaitu ekstensometer, tiltmeter, sensor modul dan pengukur hujan. Selain itu, teknologi tersebut juga dilengkapi dengan gateway dan alarm serta web monitoring.
"LIPI Wiseland dapat mendeteksi pergerakan tanah, perbedaan kemiringan lereng dan tinggi muka air tanah untuk memperkirakan kemungkinan tanah longsor," kata Suryadi.
LIPI Wiseland saat ini sudah dikembangkan hingga generasi ketiga dan telah diuji coba di beberapa lokasi, yaitu Pangalengan dan Jalan Tol Cipularang. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan jembatan dan telah diuji coba di Jembatan Cisomang, Tol Cipularang.
Sedangkan The Greatest adalah metode rekayasa drainase bawah permukaan untuk menurunkan muka air tanah. Salah satu penyebab tanah longsor dalam adalah kenaikan muka air tanah yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
"The Greatest menggunakan motode yang sama dengan pipa siphon atau pipa pindah, yaitu alat untuk memindahkan cairan dari wadah yang tidak dapat direbahkan. Contohnya memindahkan bensin dari tanki motor ke dalam jerigen," kata Tohari.
Prinsip kerja The Greatest adalah mengisap air tanah berdasarkan perbedaan ketinggian muka air tanah. Komponen yang diperlukan adalah sumur siphon, selang siphon dan unit pembasuh.
"Alat khusus yang kami kembangkan hanya flushing unit yang fungsinya untuk memompa air yang dialirkan dari sumur siphon melalui selang siphon. Alat ini bekerja berdasarkan tekanan air sehingga tidak perlu menggunakan listrik," tuturnya.
The Greatest sudah diuji coba di laboratorium maupun di lapangan. Kesimpulan uji coba laboratorium menyatakan semakin banyak jumlah sumur siphon, semakin rendah muka air tanah dan semakin kecil luas zona rembesan maka akan semakin tinggi kestabilan lereng.
Uji coba lapangan dilakukan di Lereng Cibitung, Pangalengan, yang berhasil menurunkan muka air tanah secara signifikan pada beberapa sumur siphon yang memiliki muka air tanah awal dangkal.
Tohari dan Suryadi berharap dua hasil penelitian LIPI itu dapat diterapkan secara massal untuk mencegah tanah longsor yang ada di Indonesia.
"Sudah ada dua pihak yang ingin bekerja sama menggunakan dan mengembangkan penelitian ini. Satu perusahaan swasta di bidang energi dan PT Kereta Api Indonesia yang sudah menyatakan minatnya menggunakan teknologi ini," kata dia.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018