"Peningkatan pertumbuhan kredit dapat menjadi indikasi bahwa perekonomian Indonesia mungkin mengalami akselerasi dengan laju yang lebih cepat di tahun 2018," kata Lukman Otunuga di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, peristiwa berisiko utama saat ini adalah rilis data pertumbuhan kredit Indonesia yang akan menguak informasi terkini mengenai perubahan total kredit dan sewa selama bulan Januari.
Ia berpendapat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia berpotensi menguat apabila data pertumbuhan kredit bulan Januari melampaui ekspektasi pasar.
Sebelumnya, Bank Indonesia melalui surveinya memperkirakan penyaluran kredit perbankan akan bertumbuh lebih baik pada kuartal I-2018 dibanding periode yang sama 2017 karena penurunan suku bunga kredit dan mulai meredanya risiko penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan Survei Perbankan Kuartal IV 2017 yang dilansir BI di Jakarta, Selasa (16/1), indikator Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk permintaan kredit baru sebesar 92,8 persen, atau jauh lebih tinggi dibanding SBT kuartal I 2017 yang sebesar 52,9 persen.
Survei perbankan secara triwulanan dilakukan terhadap responden 40 bank umum dengan pangsa kredit sekitar 80 persen dari pasar kredit nasional.
"Menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga krkedit dan turunnya risiko kredit menjadi faktor utama pendorong optimisme pertumbuhan kredit," ujarnya.
Berdasarkan survei itu, perbankan memprioritaskan penyaluran kredit baru untuk kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak di perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, dan sektor pernataran keuangan.
Sedangkan untuk jenis kredit konsumsi, prioritas utama perbankan adalah penyaluran kredit untuk properti seperti KPR/KPA, Kredit Kendaraan Bermotor dan Kredit Tanpa Agunan.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018