Tahun Baru Imlek atau perayaan musim semi merupakan peristiwa penting bagi warga China, Hong Kong, Makau, dan Taiwan atau keturunan Tionghoa lainnya di seluruh dunia untuk berkumpul bersama keluarga.
Puncak kepadatan arus mudik Imlek berlangsung selama 40 hari mulai 1 Februari hingga 12 Maret 2018, tulis Xinhua, Jumat.
Bahkan diperkirakan 2,98 miliar perjalanan yang dilakukan warga China selama periode tersebut.
Du Haipeng selaku penanggung jawab kapal yang bekerja di bawah arahan Kementerian Perhubungan China, menyebutkan Teluk Bohai, Selat Taiwan, dan Selat Qiongzhou menjadi jalur perairan yang ramai pemudik pada musim liburan Imlek.
Sedikitnya 20 unit kapal dan 20 unit helikopter disiagakan di wilayah perairan yang terbentang dari Laut Kuning di wilayah timur laut hingga sekitar Pulau Hainan di wilayah selatan daratan Tiongkok itu.
Kemenhub China juga mengerahkan beberapa kapal untuk mengatasi kasus darurat di area pelayaran kapal kargo dan kapal pencari ikan, termasuk di muara Sungai Yangtze dan muara Sungai Mutiara serta perairan lepas pantai Zhoushan di wilayah timur.
Untuk mencegah pembekuan air laut yang menghambat jalur pelayaran di Teluk Bohai, tiga unit kapal sudah disiagakan.
Seiring dengan meningkatnya para pemudik dari China menuju Taiwan melalui jalur laut, jelas Du, Kemenhub telah mengirimkan dua unit kapal dan tiga unit helikopter ke perairan lepas pantai Kota Xiamen, Provinsi Fujian.
Peningkatan arus pemudik melalui jalur laut itu diduga sebagai dampak dari perselisihan jalur udara di atas Selat Taiwan baru-baru ini.
Sebanyak 50 unit kapal lainnya dan 10 regu kegawatdaruratan juga telah disiagakan. Hampir 4.000 personel memantau jalur transportasi sungai dan laut selama 24 jam sepanjang musim mudik Imlek yang dikenal dengan sebutan "Chunyun" itu.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018