Menteri Yohana berbicara mengenai kisah-kisah sukses dari Indonesia, termasuk regulasi dan implementasi Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) yang memuat berbagai program dan kegiatan, antara lain perlindungan anak dari kekerasan melalui peran anak sebagai pelopor dan pelapor.
?Di tengah kerja kami untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, mengakhiri kekerasan terhadap anak tetap menjadi prioritas utama. Kami bangga dapat berbagi pengalaman dan praktik-praktik terbaik dengan Negara-negara lain,? kata Yohana Yembise melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Kemudian peningkatan resiliensi anak untuk mencegah dan memerangi kekerasan melalui Forum Anak, Sekolah Ramah Anak termasuk anti-perundungan dan penerapan disiplin positif.
Penguatan pengasuhan berbasis hak anak untuk peningkatan ketahanan keluarga dan pencegahan perkawinan anak, peningkatan peran aktif masyarakat melalui Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyrakat (PATBM) dan penyediaan layanan on-line bagi anak dalam melaporkan kasus kekerasan melalui Telepon Sahabat Anak atau TeSA129, serta pencegahan eksploitasi seksual anak terutama di wilayah destinasi wisata.
Indonesia yang diwakili oleh Menteri Yohana merupakan anggota Dewan Kemitraan Global, juga berbicara tentang bagaimana Indonesia mengembangkan Strategi Nasional untuk Mengakhiri Kekerasan Terhadap Anak 2016-2020 (STRANAS PKTA) yang meliputi konsultasi dengan ribuan anak di penjuru Indonesia.
Menteri juga memimpin diskusi tentang negara-negara pencari jalan (pathfinder countries), seperti Indonesia dan bagaimana Indonesia mengambil tindakan untuk mengatasi kekerasan dalam keluarga, dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Selain itu, Indonesia juga akan mengadakan pertemuan bilateral bdengan Pemerintah Swedia untuk menjajak kemungkinan kerjasama yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian PPPA, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial dengan Pemerintah Swedia terkait perlindungan anak dari kekerasan dan upaya layanan yang diberikan bagi anak korban kekerasan.
Pada rangkaian Konferensi tersebut juga akan dilakukan kunjungan lapangan untuk melihat praktik baik yang dilakukan Swedia ke 2 lokasi yaitu Bernahus Stockholm (Rumah Aman Anak) dan Ombudsman Anak.
Indonesia dan Swedia adalah dua sekutu dalam kampanye untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak.
Konferensi ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia.
Sang Ratu, yang dikenal giat mengampanyekan diakhirinya kekerasan terhadap anak, bertemu dengan para pembuat kebijakan dari kedua negara serta perwakilan anak muda dari Indonesia untuk mencari inisiatif bersama guna menghentikan kekerasan terhadap anak.
Perwakilan anak muda juga dipilih dari negara-negara pencari jalan untuk menghadiri Konferensi ini. Dari Indonesia, ada Monica (15) dari Kabupaten Sleman-Yogyakarta, Luisa (16) dari Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Kristian (16) dari Kabupaten Wamena, Papua.
Mereka mewakili anak Indonesia yang tergabung dalam Forum Anak dan mereka berpartisipasi dalam sesi-sesi pelatihan anak pada Konferensi tersebut.
"Sebagai negara pencari jalan, Indonesia telah menjadi pemimpin global dalam upaya untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak. Kami sangat menghargai komitmen pemerintah dan akan terus bekerja berdampingan dengan para mitra kami untuk melindungi anak di sekolah, di rumah, di masyarakat dan on-line,? ujar Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson.
Direktur Eksekutif UNICEF yang baru, Henrietta H. Fore, juga menyampaikan pidato di Konferensi tersebut mengenai pentingnya menyatukan para pemegang kepentingan untuk mendorong diakhirinya kekerasan terhadap anak.
Konferensi tersebut berlangsung selama 14-15 Februari 2018 diselenggarakan oleh Pemerintah Swedia, Kemitraan Global untuk Mengakhiri Kekerasan Terhadap Anak dan Aliansi Global WeProtect, yang terdiri dari 79 negara.
Acara ini bertujuan untuk menyorot dan berbagi inisiatif pendukung guna memajukan hak-hak anak, dan mencegah semua bentuk kekerasan terhadap anak.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018