"Kegiatan tersebut sebagai upaya pelestarian budaya Bali, khususnya yang berada di kawasan Pantai Berawa. Selain itu kami ingin memberdayakan warga masyarakat kami di tengah bergeliatnya sektor pariwisata, terlebih Pantai Berawa semakin ramai dikunjungi wisatawan mancanegara," kata Kepala Desa Tibubeneng Made Kamajaya di Badung, Bali, Senin.
Ia mengatakan kegiatan "Berawa Beach Festival" dengan tema "Pasisi Lango" (Gate of Transition). Festival itu berupaya memberi ruang dan transformasi, kreasi inovatif dengan bahasa ungkap personal maupun komunal.
Baca juga: Wisatawan Australia ke Bali turun 4,21 persen
"Dalam ajang tersebut juga mengkolaborasikan berbagai macam aktivitas seni pertunjukkan antara lain kecak kolosal 5555 (lima ribu lima ratus lima puluh lima), pameran seni visual dan patung, pertunjukan wayang inovatif, lokakarya seni lukis, topeng, parade budaya, musik kolaborasi, dan kuliner tradisional," katanya.
Kamajaya mengatakan tari Kecak 5555 adalah sebuah karya musik kecak instrumental. Disajikan secara konser. Mengambil format instrumental karena ingin memberikan ruang eksplorasi terhadap elemen-elemen kecak seperti warna suara dan formulasi kilitan kecak secara murni.
Dikatakan kecak tersebut mengambil potensi dari kekayaan garap kecak Ulapan Blahkiuh, Kabupaten Badung. Selain mengolah elemen warna suara "chorus cak", juga ada unsur "body cak" dengan memaksimalkan warna suara dari tepukan tangan, dada dan paha.
"Peserta kecak kolosal tersebut merupakan gabungan dari perwakilan siswa SMK dan beberapa SMA di Kabupaten Badung. Keunikan dari tari kecak itu yakni tidak hanya menampilkan peserta laki-laki, akan tetapi juga melibatkan peserta perempuan," ujarnya.
Kamajaya lebih lanjut mengatakan dalam ajang tersebut warga masyarakat Tibubeneng akan menghadirkan "Sea Food Festival" yang menghadirkan berbagai olahan laut dengan sensasi bumbu ala Bali. Setiap banjar (dusun) dari 13 banjar akan menghadirkan anjungan sajian mereka masing-masing.
"Masyarakat juga menyajikan berbagai garapannya masing-masing yang disajikan dalam parade seni budaya pada pembukaan festival oleh 13 banjar adat di daerah Desa Tibubeneng. Parade ini dikurasi oleh I Gede Tilem Pastika," ucapnya.
Baca juga: Kenangan sutradara Shunji Iwai terhadap Bali (Video)
Sementara itu, kurator seni seni rupa Wayan Seryoga Parta mengatakan program tersebut juga akan memberikan pengalaman dan pengetahuan perihal narasi di balik sajian makanan tersebut.
Ajang ini juga mengelar kompetisi patung pasir, tari hingga lomba mancing. Khusus program seni rupa, akan menghadirkan karya seni rupa "Site-art Project". Karya yang disuguhkan meliputi seni lukis, patung, "art installation, video art, performace art" yang merespon ruangan dalam (indoor) dan luar (outdoor).
Pameran seni rupa akan diikuti oleh puluhan perupa bereputasi nasional dan internasional. Mereka berasal dari Bali, Yogyakarta, Bandung dan Batu, Jawa Timur.
Antara lain Ichwan Noor, Teguh Priyono, Hedi Heriyanto, Putu Sutawijaya, Putu Adi Gunawan, Nyoman Adiyana "Ateng", Ismanto Wahyudi, Ketut Putrayasa, Wayan Upadana Tita Rubi (Yogyakarta) Nyoman Erawan, Agung Mangu Putra, Made Bhudiana, Chusin Setyadikara, Nyoman Sujana, Ida Bagus Putu Purwa, Made Alit Suaja Ngakan Arta Wijaya, Willy Himawan, Iwan Yusuf, Watoni, Isa Ansori, Suwandi, dan Fadjar Djunaidi.
Pameran seni rupa menggunakan mekanisme kuratorial. Agar lebih tertata konsep dan presentasinya. Kuratorial oleh kurator nasional Rizki A. Zaelany, bersama tim Gurat Institute yaitu I Wayan Seriyoga Parta dan I Made Susanta Dwitanaya. Serta Dewa Gede Purwita dan Ketut Putrayasa sebagai direktur artistik di bidang seni rupa, sedangkan untuk seni pertunjukan yaitu Tilem Pastika dan Adi Santika.
Berawa Beach Arts Festival juga akan menampilkan Performing arts & Music berupa garapan tari dan komposisi musik yang mengangkat nilai-nilai pesisir Kuta Utara. Termasuk juga kolaborasi Agus Teja (flute music instrumental) dan Balawan (guitar instrumental).
Baca juga: Pemkab Klungkung kembali gelar Festival Nusa Penida
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018