Kudus (ANTARA News) - Sebanyak 238 warga Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai mengungsi menyusul setelah rumah mereka tergenang banjir akibat curah hujan yang tinggi.
Menurut Kepala Desa Jati Wetan Suyitno di Kudus, Senin, warga mulai mengungsi sejak Jumat (16/2) malam, setelah ketinggian genangan banjir mulai meningkat.
Sebetulnya, kata dia, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, dilanda banjir sejak 12 hari yang lalu, namun ketinggian genangan masih rendah dan warga masih bisa beraktivitas.
Hanya saja, lanjut dia, mulai Jumat (16/2) malam ketinggian genangan banjir mulai meningkat dan beberapa rumah warga memang tidak memungkinkan untuk ditempati karena tingginya genangan banjir di dalam rumah maupun jalan perkampungan.
Awalnya, kata dia, jumlah warga yang mengungsi saat itu hanya belasan orang yang berasal dari Dukuh Gendok, Tanggulangin, serta Barisan.
Kemudian, lanjut dia, jumlah pengungsi semakin bertambah dan hari ini (19/2) totalnya mencapai 72 keluarga dengan jumlah jiwa mencapai 238 orang.
"Sejumlah warga yang mengungsi memang mulai mengeluh terserang kutu air. Sejak ada pengungsi, tim kesehatan dari Puskesmas Jati sudah melakukan pengobatan gratis," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, mereka hadir secara rutin untuk mengecek kondisi kesehatan pengungsi, mengingat banyak balitanya.
Untuk stok logistik makanan, katanya, cukup melimpah, karena banyak bantuan dari masyarakat serta dari BPBD Kudus juga menyediakan dapur umum, sehingga kebutuhan makan para pengungsi terjamin.
Banjir karena curah hujan tinggi tersebut, juga mengakibatkan empat sekolah di desa setempat terkena dampak.
"Meskipun kebanjiran, pelajar masih tetap sekolah karena diberikan pelayanan antar jemput menggunakan perahu," ujarnya.
Menurut Kepala Desa Jati Wetan Suyitno di Kudus, Senin, warga mulai mengungsi sejak Jumat (16/2) malam, setelah ketinggian genangan banjir mulai meningkat.
Sebetulnya, kata dia, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, dilanda banjir sejak 12 hari yang lalu, namun ketinggian genangan masih rendah dan warga masih bisa beraktivitas.
Hanya saja, lanjut dia, mulai Jumat (16/2) malam ketinggian genangan banjir mulai meningkat dan beberapa rumah warga memang tidak memungkinkan untuk ditempati karena tingginya genangan banjir di dalam rumah maupun jalan perkampungan.
Awalnya, kata dia, jumlah warga yang mengungsi saat itu hanya belasan orang yang berasal dari Dukuh Gendok, Tanggulangin, serta Barisan.
Kemudian, lanjut dia, jumlah pengungsi semakin bertambah dan hari ini (19/2) totalnya mencapai 72 keluarga dengan jumlah jiwa mencapai 238 orang.
"Sejumlah warga yang mengungsi memang mulai mengeluh terserang kutu air. Sejak ada pengungsi, tim kesehatan dari Puskesmas Jati sudah melakukan pengobatan gratis," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, mereka hadir secara rutin untuk mengecek kondisi kesehatan pengungsi, mengingat banyak balitanya.
Untuk stok logistik makanan, katanya, cukup melimpah, karena banyak bantuan dari masyarakat serta dari BPBD Kudus juga menyediakan dapur umum, sehingga kebutuhan makan para pengungsi terjamin.
Banjir karena curah hujan tinggi tersebut, juga mengakibatkan empat sekolah di desa setempat terkena dampak.
"Meskipun kebanjiran, pelajar masih tetap sekolah karena diberikan pelayanan antar jemput menggunakan perahu," ujarnya.
Markamah, salah seorang pengungsi mengaku, bertahan di rumah sejak dua pekan dengan kondisi lingkungan rumahnya dilanda banjir.
Karena ketinggian genangan semakin meningkat, dia bersama keluarga akhirnya memutuskan untuk mengungsi di Balai Desa Jati Wetan. Apalagi, tempat tidurnya juga sudah tidak bisa ditempati karena ketinggian mencapai 50 sentimeter lebih.
Selain itu, dia mengaku mulai terserang kutu air sehingga memutuskan untuk mengungsi.
Sumarmi, guru SDN 3 Jati Wetan mengakui, sejak sepekan SDN 3 Jati dilanda banjir dan ketinggian genangan banjir di halamah mencapai lutut orang dewasa, namun belum sampai masuk ke ruang kelas sehingga masih bisa digunakan untuk proses belajar mengajar.
Namun dia menyayangkan, ketersediaan perahu karet baru hari ini (19/2), mengingat para pelajar juga sangat membutuhkan ketika berangkat ke sekolah.
Beberapa siswa, lanjut dia, memang dipersilakan masuk sekolah ke SD lain yang tidak terkena banjir, yakni SDN 1 Jati Wetan, namun banyak siswanya yang lebih memilih tetap sekolah di SDN 3 Jati Wetan.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018