"Kami tinggal finalisasi dokumen dengan perbankan. Kita harapkan Maret bisa segera cair," kata Rini di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Senin.
Pencairan pinjaman 500 juta dolar AS tersebut merupakan bagian dari pinjaman yang disetujui CDB dengan total 5,9 miliar dolar AS.
Pencairan pinjaman awal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut sempat terkendala untuk dicairkan. Hal itu karena ada keterlambatan pembebasan lahan. CDB mensyaratkan pembebasan lahan harus mencapai 53 persen dari total lahan jika pinjaman ingin dicairkan.
Rini menuturkan saat ini pembebasan lahan baru 55 kilometer (km). Rinciannya adalah 22 km lahan yang siap dibangun dan 33 km lainnya masih dalam tahap pembebasan lahan (land clearing).
Dengan masih tersendatnya proses pembebasan lahan, dia menyebut pembangunan kereta cepat ini baru bisa selesai pada 32 bulan jam kerja yang dihitung dari Februari 2018.
"Kami masih sangat berharap. Kan sekarang hitungannya 32 bulan, 32 bulan dari pembangunan. Sekarang sudah mulai land clearing di Halim," kata Rini.
Proyek kereta cepat dikerjakan oleh High Speed Railway Contractor Consortium, gabungan 7 kontraktor yang mengerjakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer bersama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pengembang proyek.
Mayoritas pembiayaan proyek akan didanai lewat pinjaman dari CDB, sementara empat BUMN Indonesia dilibatkan dalam pembebasan lahan proyek. Keempat BUMN itu tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang terdiri dari PT WIKA, PT Kereta Api Indonesia, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Jasa Marga.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018