• Beranda
  • Berita
  • Empat negara bahas penetapan alternatif "sabuk dan jalan" china

Empat negara bahas penetapan alternatif "sabuk dan jalan" china

19 Februari 2018 22:41 WIB
Empat negara bahas penetapan alternatif "sabuk dan jalan" china
Peta "Belt and Road Initiative" dari China. (http://beltandroad.hktdc.com)
Sidney (ANTARA News) - Australia, Amerika Serikat, India dan Jepang membicarakan pembentukan skema infrastruktur regional bersama sebagai alternatif dari inisiatif "Sabuk dan Jalan" China.

Pembahasan tersebut dalam upaya untuk melawan pengaruh Beijing, mengutip pernyataan salah seorang pejabat senior AS yang dilaporkan Australian Financial Review, Senin.

Pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa rencana yang melibatkan empat mitra regional tersebut baru muncul dan belum cukup matang untuk diumumkan saat kunjungan Perdana Menteri Australia Turnbull ke AS akhir pekan ini.

Pejabat tersebut mengatakan, bagaimanapun, proyek tersebut menjadi agenda perundingan Turnbull dengan Presiden AS Donald Trump selama perjalanan tersebut dan sedang dibahas secara serius. Sumber tersebut menambahkan bahwa terminologi yang lebih disukai adalah menyebut rencana tersebut sebagai "alternatif" terhadap inisiatif Sabuk dan Jalan China, dan bukan "pesaing".

"Tidak ada yang mengatakan China seharusnya tidak membangun infrastruktur. China mungkin membangun pelabuhan yang tidak ekonomis, kita bisa membuatnya layak secara ekonomi dengan membangun jalur jalan atau rel yang menghubungkan pelabuhan itu," kata pejabat tersebut.

Perwakilan Turnbull, Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Menteri Perdagangan Steven Ciobo tidak segera menanggapi informasi tersebut.

Pertama kali disebutkan dalam sebuah pidato oleh Presiden China Xi Jinping kepada mahasiswa di Kazakhstan pada tahun 2013, rencana Sabuk dan Jalan China merupakan wahana bagi negara Asia untuk mengambil peran lebih besar di tingkat internasional dengan mendanai dan membangun hubungan transportasi dan perdagangan global lebih dari 60 negara.

Xi telah banyak mempromosikan prakarsa tersebut, mengundang para pemimpin dunia ke Beijing pada bulan Mei lalu untuk sebuah pertemuan puncak di mana ia menjanjikan dana sebesar lebih dari Rp1.600 triliun untuk rencana tersebut, dan mengundangkannya ke dalam konstitusi Partai Komunis yang berkuasa pada bulan Oktober.

Pemerintah China, BUMN dan swasta telah bergegas untuk menawarkan dukungan dengan berinvestasi di luar negeri dan memberikan pinjaman.

Pada bulan Januari, Beijing menggariskan ambisinya untuk memperluas inisiatifnya ke Artik dengan mengembangkan jalur pengiriman yang didasari ide pemanasan global, dengan membentuk "Jalur Sutra Kutub".

AS, Jepang, India dan Australia baru-baru ini menghidupkan kembali perundingan empat arah untuk memperdalam kerja sama keamanan dan mengkoordinasikan alternatif pembiayaan infrastruktur regional yang ditawarkan oleh China.

Kelompok Kuartet ini pertama kali bertemu sebagai sebuah inisiatif pada satu dasawarsa lalu yang membuat jengkel China, yang melihatnya sebagai usaha dari negara-negara demokrasi regional untuk mendapatkan kemajuannya. Kuartet tersebut mengadakan pembicaraan di Manila di sela-sela KTT ASEAN dan Asia Timur pada bulan November. Demikian laporan Reuters.

(Uu.R029/M016)

Pewarta: antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018