Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga di Agats, Jumat, mengatakan curah hujan di Kabupaten Asmat sangat tinggi sepanjang tahun sehingga sumber air baku yang paling cocok ialah air hujan.
"Agak berbeda misalnya kalau kita di NTT, curah hujannya cuma tiga bulan empat bulan. Di sini curah hujannya tinggi jadi bagaimana kita menyediakan embungan kemudian menyaringnya dan mendistribusikan sampai ke rumah-rumah," kata Danis.
Saat ini, di Asmat, sudah ada sumur bor untuk sumber air baku, namun tidak dapat tersedia setiap saat.
Sebagai gambaran, sumur bor yang sudah ada saat ini menggunakan pompa dengan capaian kedalaman 200 meter dari permukaan tanah dan hanya menghasilkan air 0,3 liter per detik. Selain itu air tersebut pun masih payau dan hanya bisa menyedot selama tiga jam, setelahnya hanya akan menghasilkan air belerang bercampur lumpur.
Kendati demikian penyediaan sumur bor tetap akan diperbanyak ke beberapa titik lain dan ditingkatkan menjadi 20 liter per detik.
Di samping penyediaan air baku, Kementerian PUPR juga akan membangun sanitasi, infrastruktur jalan lingkungan dan jembatan, dan penyediaan rumah serta tata kelola lingkungan.
Danis mengatakan pihaknya akan mengerjakan proyek tersebut tidak lebih dari satu tahun. Bahkan dia pun menyanggupi permintaan Menteri Kesehatan Nila Moeloek untuk menyediakan sumber air dalam waktu tiga bulan.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018