Bangkok, salah satu destinasi turis tertinggi di dunia, diselimuti kabut asap selama hampir satu bulan, dengan otoritas melaporkan konsentrasi tidak sehat partikel mikroskopis berbahaya yang dikenal dengan PM2.5.
Belasan aktivis Greenpeace yang mengenakan masker dan membawa spanduk mengirimkan sebuah jam pasir besar kepada perwakilan kepala junta Thailand Prayut Chan-O-Cha di Bangkok.
Hadiah itu "menyimbolkan seruan kepada pemerintah untuk segera mengatasi krisis polusi udara," kata Greenpeace dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP.
Direktur Greenpeace Thailand Tara Buakamsri meminta kepala junta untuk memperbaiki sistem pengamatan dan peringatan polusi di kerajaan tersebut.
"Bangkok tidak bisa terus menerus tercekik udara berbahaya," ungkapnya.
"Itu mengancam nyawa orang-orang, memengaruhi produktivitas ekonomi dan berdampak negatif terhadap prestise salah satu kota paling populer di bumi," tambahnya.
Menurut Greenpeace, dari 42 di antara 50 hari, konsentrasi PM2.5 di Thailand melampaui batas aman yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada Kamis Indeks Kualitas Udara Bangkok (Air Quality Index/AQI) tercatat di level 119 oleh monitor AQICN, level yang digambarkan "tidak sehat bagi kelompok sensitif".
Pejabat Thailand mengatakan bahwa mereka menanti hujan untuk membantu membersihkan udara, serta memperingatkan orang muda, orang sakit dan orang tua untuk tinggal di dalam rumah.
Pasukan juga telah dikerahkan untuk menyemprotkan air ke udara dan mencuci jalanan guna membantu membersihkan debu. (mu)
Pewarta: -
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018