"Ini adalah kebijakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Kementerian Perhubungan dalam menerapkan ganjil-genap di Tol Jakarta-Cikampek. Dari sisi kita, berdasarkan diskusi informal akan dilakukan kajian lebih dalam terkait untung-ruginya bersama Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu Lintas Kota Bekasi pada awal pekan depan," kata Ketua DTKB Harun Al Rasyid di Bekasi, Jumat.
Dikatakan Harun, implementasi uji coba ganjil-genap pada 12-13 Maret 2018 diprediksi akan memberikan dampak yang luar biasa pada alur transportasi di sejumlah jalan arteri kawasan setempat.
"Penerapan pemilahan kendaraan berdasarkan nomor polisi ganjil-genap akan membuat Kota Bekasi lebih macet, khususnya di sejumlah lintasan jalur arteri pada jam operasionalnya. Kemacetan akan melebar ke berbagai tempat terutama lokasi yang ditetapkan ganjil-genap," katanya.
Baca juga: Lima ruas jalan arteri di Bekasi macet terimbas ganjil-genap Jakarta-Cikampek
Pihaknya mencatat, volume lalin di sekitar GT Barat setiap harinya berkisar 200.000 unit lebih kendaraan yang keluar-masuk GT Bekasi Barat.
"Kota Bekasi ini termasuk tinggi, sebab Kota Bekasi termasuk pemilik kendaraan yang paling tinggi di luar jakarta," katanya.
Dia mengatakan, pengendara yang tidak lolos pemilahan plat nomor di dua gerbang tol tersebut akan beralih ke gerbang tol lainnya seperti di daerah Caman atau Jatibening, Kota Bekasi.
"Kemacetan di dalam kota bisa meluas ke daerah lain seperti Caman, Jatibening yang tidak ditetapkan sebagai lokasi ganjil-genap. Bahkan di dalam tol pun bisa terjadi kemacetan. Misalnya, kalau ada pengemudi yang tidak tahu ada penerapan ganjil genap dan terpaksa harus muter di dalam tol," katanya.
Namun demikian, DTKB juga memperkirakan adanya dampak positif dari implementasi kebijakan tersebut, yakni berkurangnya volume kendaraan di lintasan Jalan Ahmad Yani menuju GT Bekasi Barat dan Jalan Joyo Martono menuju GT Bekasi Timur.
"Saya memproyeksikan sekitar separuh dari volume kendaraan di Jalan Ahmd Yani dan sekitarnya akan bisa berkurang dengan adanya kendaraan umum Transjabodetabek sebagai alternatif berkendara," katanya.
Menurut dia, pengendara motor dan mobil pribadi akan berkurang setengahnya sebab mereka akan lebih memilih bus umum atau mencari titik lain masuk lintasan Tol Jakarta-Cikampek.
Namun demikian sejumlah kemungkinan itu akan dibicarakan pihaknya dengan Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu Lintas Polrestro Bekasi Kota dalam waktu dekat.
"Harus ditempatkan petugas di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Tapi masalahnya jumlah personel mereka sangat terbatas, begitu pula personel Satlantas kita. sistem rekayasa lalin di dalam kota menjadi keharusan berikut tambahan personelnya," katanya.
Pihaknya juga akan mendorong Kementerian Perhubungan untuk lebih memasifkan sosialisasi terkait rekayasa lalin tersebut.
"Bahkan sosialisasi tentang fasilitas `park and ride` di Mega city Mal juga harus disampaikan. Namun memang sepertinya masih banyak masyarakat yang belum tentu tahu menjelang impelemntasinya pada 12 Maret," katanya.
Pihaknya mencatat, volume lalin di sekitar GT Barat setiap harinya berkisar 200.000 unit lebih kendaraan yang keluar-masuk GT Bekasi Barat.
"Kota Bekasi ini termasuk tinggi, sebab Kota Bekasi termasuk pemilik kendaraan yang paling tinggi di luar jakarta," katanya.
Dia mengatakan, pengendara yang tidak lolos pemilahan plat nomor di dua gerbang tol tersebut akan beralih ke gerbang tol lainnya seperti di daerah Caman atau Jatibening, Kota Bekasi.
"Kemacetan di dalam kota bisa meluas ke daerah lain seperti Caman, Jatibening yang tidak ditetapkan sebagai lokasi ganjil-genap. Bahkan di dalam tol pun bisa terjadi kemacetan. Misalnya, kalau ada pengemudi yang tidak tahu ada penerapan ganjil genap dan terpaksa harus muter di dalam tol," katanya.
Namun demikian, DTKB juga memperkirakan adanya dampak positif dari implementasi kebijakan tersebut, yakni berkurangnya volume kendaraan di lintasan Jalan Ahmad Yani menuju GT Bekasi Barat dan Jalan Joyo Martono menuju GT Bekasi Timur.
"Saya memproyeksikan sekitar separuh dari volume kendaraan di Jalan Ahmd Yani dan sekitarnya akan bisa berkurang dengan adanya kendaraan umum Transjabodetabek sebagai alternatif berkendara," katanya.
Menurut dia, pengendara motor dan mobil pribadi akan berkurang setengahnya sebab mereka akan lebih memilih bus umum atau mencari titik lain masuk lintasan Tol Jakarta-Cikampek.
Namun demikian sejumlah kemungkinan itu akan dibicarakan pihaknya dengan Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu Lintas Polrestro Bekasi Kota dalam waktu dekat.
"Harus ditempatkan petugas di GT Bekasi Barat dan Bekasi Timur. Tapi masalahnya jumlah personel mereka sangat terbatas, begitu pula personel Satlantas kita. sistem rekayasa lalin di dalam kota menjadi keharusan berikut tambahan personelnya," katanya.
Pihaknya juga akan mendorong Kementerian Perhubungan untuk lebih memasifkan sosialisasi terkait rekayasa lalin tersebut.
"Bahkan sosialisasi tentang fasilitas `park and ride` di Mega city Mal juga harus disampaikan. Namun memang sepertinya masih banyak masyarakat yang belum tentu tahu menjelang impelemntasinya pada 12 Maret," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018