"Longsor terjadi di hutan produksi milik Perhutani. Longsor terjadi bukan karena perubahan konservasi lahan atau tata ruang," kata Sutopo dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Sutopo mengatakan longsor terjadi di hutan pinus dengan kondisi topografi adalah perbukitan dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam.
Berdasarkan Peta Prakiraan Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada Februari 2018 di Kabupaten Brebes, daerah bencana terletak pada zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi.
"Artinya, pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Tidak ada permukiman, murni bencana alam," tuturnya.
Longsor diperkirakan disebabkan hujan deras yang terjadi dua minggu sebelumnya selama terus menerus sehingga menyebabkan gerakan tanah.
Air hujan yang turun terus menerus masuk ke dalam retakan dan mengisi pori-pori tanah hingga ke batu napal yang akhirnya menjadi bidang gelincir yang menyebabkan tanah di atasnya meluncur ke bawah.
Luasan longsor mencapai 16,8 hektare dengan panjang longsoran satu kilometer. Lebar mahkota longsor mencapai 120 meter, sedangkan lebar di bagian bawah 240 meter.
"Ketebalan longsor mencapai lima meter sampai 20 meter dengan volume diperkirakan mencapai 1,5 juta meter kubik," jelasnya.
Baca juga: Kemensos dorong logistik ke Brebes
Baca juga: BNPB benarkan 18 orang masih hilang akibat longsor Brebes
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018