Jayapura (ANTARA News) - Pengurus Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (Asita) Provinsi Papua mengungkapkan dunia pariwisata di Kabupaten Asmat terkendala pada masalah transportasi karena tidak ada jadwal penerbangan rutin.Pariwisata di Asmat turun sejak ada pemekaran kabupaten. Dan sebelum pemekarang kegiatan dikelola oleh keuskupan, sekarang pemerintah."
"Masalah utama ke Asmat adalah transportasi karena faktor transportasi tidak mendukung. Kalau mau carter pesawat Rp38 juta (kapasitas maksimal tujuh orang) untuk satu arah, tidak pulang-pergi," ujar Ketua Asita Papua, Iwanta Parangin-Angin, di Jayapura, Jumat.
Ia mengungkapkan pada era tahun 90-an, dunia pariwisata Asmat cukup berkembang dan banyak didatangi wisatwan karena pada saat itu masih ada layanan penerbangan yang dilakukan oleh maskapai Merpati.
"Padahal kalau masih berjalan masyarakat dapat pendapatan, mulai dari penyewaan perahu hingga turis yang membeli kerajinan," kata dia.
Menurutnya selain masalah transportasi, pengelolaan kegiatan pariwisata pun menjadi salah satu penyebab turunnya dunia wisata di daerah tersebut.
"Pariwisata di Asmat turun sejak ada pemekaran kabupaten. Dan sebelum pemekarang kegiatan dikelola oleh keuskupan, sekarang pemerintah," kata dia.
Iwanta menilai potensi pariwisata di Kabupaten Asmat masih bisa ditingkatkan kembali karena masih banyak wisatawan yang menanyakan rute perjalanan ke wilayah tersebut.
"Untuk ke Asmat banyak yang tanya, tetapi ketika dikasih tahu mengenai biaya, mereka biasanya mundur. Biasanya kami tawarkan paket wisata senilai 3.000 dolar AS. Umumnya yang datang ke Asmat adalah "spesical interest", biasanya pecinta barang antik," kata Iwanta.
Pewarta: Dhias Suwandi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
