Jakarta (ANTARA News) - PT Regio Aviasi Industri (RAI) menyatakan saat ini tengah mengembangkan pesawat Turboprop R-80 yang nantinya setelah diproduksi dapat dikembangkan untuk keperluan lainnya, termasuk patroli maritim, kata Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho.Kecepatan tidak jadi soal karena ini digunakan untuk rute-rute ke kota kecil dan menengah ..."
"Pesawat penumpang yang bisa menjadi platform untuk beberapa misi, bisa bikin full penumpang, full kargo, setengah penumpang dan setengah kargo, bisa sebagai maritim patrol untuk patroli udara, jadi submarine killer," katanya di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan saat ini perusahaan tengah mengembangkan pesawat R80 berpenumpang 80 orang sebagai angkutan udara komersial, namun tidak menutup kemungkinan dapat dirancang untuk misi lain, seperti untuk patroli oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU).
Saat ini RAI, menurut dia, sudah menyelesaikan desain konseptual yang menjadi dasar untuk pengerjaan selanjutnya yang lebih rinci.
Desain konsep yang dibuat harus terdefinisi dari segi ketangguhan pesawat hingga kisaran harga dan perawatawan pesawat, ujarnya.
Diungkapkannya, RAI sudah menyelesaikan fase pertama, yaitu desain awal dan kelaikan (preliminary design & feasibility) pada 2016 dan sudah mendapatkan order sebanyak 155 pesawat.
Pemesanan pesawat berpenumpang 80 orang tersebut berasal dari NAM Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit. Harga per unit pesawat senilai 25 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Ia menyatakan saat ini RAI tengah mengerjakan fase kedua, yaitu pengembangan skala penuh (full scale development) yang direncanakan selesai pada 2025, dan pada 2022 akan dilakukan terbang perdana.
Kemudian pada fase ketiga, menurut dia, yaitu produksi serial (serial production) akan dimulai pada 2025 saat RAI mulai menyerahkan pesawat untuk pelanggan pemesannya.
Sementara itu, Komisaris PT RAI Ilham Habibie mengatakan keunggulan R80 yang berbaling-baling ini lebih hemat dari segi penggunaan bahan bakar sekitar 10 hingga 20 persen daripada pesawat jet.
Meskipun tidak secepat pesawat jet, diungkapkannya, pesawat turbo propeller (turboprop) R80 itu dinilai cocok untuk penerbangan domestik antarpulau di Indonesia, dan tidak membutuhkan landasan yang terlalu panjang sehingga bisa mendarat di bandara kecil.
"Kecepatan tidak jadi soal karena ini digunakan untuk rute-rute ke kota kecil dan menengah, yang tidak terlalu padat dan jarak di antara dua kota tersebut tidak terlalu jauh," demikian Ilham Habibie.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018