Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu, mencontohkan, peran almarhum ayahnya yang selalu menanamkan kedisiplinan dan nilai moral sehingga membuatnya berhasil menjalani semua profesi yang digeluti.
"Semasa hidupnya, ayah tak pernah menuntut dirinya mengikuti jejak sebagai tentara ataupun memintanya menjalani profesi tertentu," kata Bamsoet.
Sepeninggal sang ayah, Ibundanya juga membebaskan Bamsoet memilh jalan hidup. Sejak kecil memiliki cita-cita menjadi dokter, saat SMA Bamsoet mati-matian masuk jurusan IPA.
Namun jalan hidup berkata lain, selepas lulus SMA ternyata ayah delapan anak itu justru masuk Fakultas Ekonomi, hingga berkarir menjadi wartawan, pengusaha, dan sekarang menjadi politikus.
"Sejak kecil saya dibebaskan mau memilih karir apapun. Terus terang saya tidak memiliki cita-cita muluk menjadi pejabat negara. Semuanya mengikuti takdir Allah dan garis tangan," kata Bamsoet.
Ia menceritakan karena berlatar belakang tentara, ayahnya selalu menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kejujuran dan keberanian kepada Bamsoet dan seluruh anggota keluarga.
Nilai-nilai tersebut diyakinkannya selalu dipegang Bamsoet dalam mengarungi kehidupan selepas ayahanda pergi menghadap Sang Khalik.
"Dalam semua profesi yang saya jalani, nilai-nilai yang dulu ditanamkan Ayah selalu saya pegang tinggi dan menjadi pegangan dalam mengarungi kehidupan," kata Bamsoet.
Kini meski memiliki jadwal kerja padat, Bamsoet selalu menyempatkan diri berziarah ke makam kedua orangtuanya. Seperti dilakukannya Sabtu (24/2) pagi, ia menyempatkan berziarah ke makam ayahandanya almarhum S E Prijono di Dukuh Margosari, Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Semarang.
Setibanya di makam orang tuanya yang wafat pada tanggal 6 Januari 1977, Bamsoet langsung menyapa keluarga besar yang menunggu di lokasi pemakaman.
Ditemani sang istri dan anak-anaknya, politikus Partai Golkar ini, tak kuasa menahan haru, tetesan air mata tampak mengalir di pipinya. Mengenakan kemeja putih, Bambang bersimpuh dan berdoa di pusara makam ayahnya.
"Ayah merupakan panutan dan inspirasi terbesar dalam hidup saya. Tanpa bimbingan, gemblengan keras serta doa restu kedua orang tua, tidak mungkin saya bisa menjadi seperti sekarang ini," kata Bamsoet.
Ia menambahkan, "dari dulu sesibuk apa pun, saya pasti akan sempatkan waktu untuk berziarah mengunjungi makam ayah saya. Apalagi, walaupun saya lahir dan besar di Jakarta, sangat banyak kenangan sewaktu kecil di Desa Margosari ini yang merupakan kampung halaman ayah saya".
Politisi Golkar ini mengaku saat ziarah ke makam ayahanda, dirinya merasakan kedamaian. Momentum ziarah ini juga membuatnya menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Ia berharap jika kelak menghadap Tuhan YME, bisa dipertemukan dengan ayah tercintanya.
"Ziarah ke makam menyadari bahwa kehidupan di dunia hanya sementara, kehidupan di akhiratlah selamanya. Karena itu saya selalu mengajarkan kepada anggota keluarga berbagai nilai kebaikan yang dulu pernah diajarkan Ayah kepada saya. Insya Allah, kelak kami sekeluarga bisa kembali dipertemukan di Surga. Amin," kata Bamsoet.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018