Empat kendala Pelatnas Asian Games menurut KONI

27 Februari 2018 16:11 WIB
Empat kendala Pelatnas Asian Games menurut KONI
CdM Indonesia untuk Asian Games 2018 Komjen Syafruddin (kiri) memberikan arahan kepada atlet saat mengunjungi pelatnas bulutangkis di Jakarta, Rabu (16/1/2018). Dalam kunjungannya Komjen Syafruddin mendorong para atlet bulutangkis untuk dapat meraih emas pada Asian Games 2018 dan membanggakan Indonesia pada kancah Internasional. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) ()
Jakarta (ANTARA News) - Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat menemukan empat kendala yang muncul dalam program pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) cabang-cabang olahraga Asian Games 2018 sebagai hasil pantauan sejak Januari.

"Kami terus mengumpulkan data pelatnas dari setiap cabang olahraga Asian Games. Mungkin pada akhir Maret kami sudah mendapatkan data yang lebih rinci terkait pencapaian latihan dan perkembangan menuju target prestasi," kata Wakil III Ketua Umum Bidang Litbang, Pullahta, dan Kesejahteraan Pelaku Olahraga KONI Pusat Eka Wahyu Kasih kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Empat kendala program pelatnas itu adalah kepemilikan asuransi bagi atlet, keberadaan ahli gizi dan suplemen, sosialisasi zat doping, serta kebutuhan peralatan yang kurang.

"Atlet-atlet cabang olahraga, terutama yang berpotensi medali, sangat rawan kecelakaan saat berlatih. Mereka butuh asuransi untuk meringankan beban tim jika terjadi kecelakaan," kata Eka yang juga menjadi koordinator cabang-cabang terukur dari KONI Pusat itu.

Eka mengatakan setiap cabang olahraga juga tidak memiliki pakar gizi yang mampu mengukur kebutuhan gizi setiap atlet serta pengaturan suplemen makanan yang sesuai.

"Selama ini, mereka meramu sendiri kebutuhan gizi masing-masing atlet dengan menu makanan yang ada. Suplemen makanan juga perlu diatur karena tidak bagus bagi tubuh atlet jika kurang atau justru berlebihan," katanya.

Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) itu mengatakan atlet, pelatih, dan manajer tim pelatnas masing-masing cabang olahraga juga kurang mendapatkan informasi terkait kandungan zat-zat doping.

"Mereka perlu mendapatkan sosialisasi doping. Jika ada atlet yang sakit, mereka dapat menghindari obat yang mengandung doping," ujarnya.

Eka mencatat sejumlah cabang olahraga juga masih mempunyai kendala dengan peralatan latihan dengan sisa waktu 5-6 bulan sebelum pertandingan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang itu.

"Kami terus memantau perkembangan setiap atlet dalam periode dua pekan. Kami mencatat siapa atlet yang diproyeksikan medali dan hasil prestasi yang telah diraihnya saat ini, lalu membandingkan catatan waktu dengan para pesaing di Asia sehingga muncul gap," katanya.

Gap perolehan waktu itu, menurut Eka, akan menjadi indikator perkembangan latihan atlet-atlet nasional berpotensi medali Asian Games.

KONI, lanjut Eka, juga terus memberikan laporan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga terkait hasil pemantauan latihan program pelatnas cabang-cabang olahraga Asian Games.

"Jika atlet-atlet itu tidak dapat mendekati catatan waktu dengan para pesaing mereka dalam Asian Games, setidaknya mereka berpotensi meraih medali emas pada SEA Games 2019 karena pelatnas adalah program berkelanjutan tanpa putus," katanya. 

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018