• Beranda
  • Berita
  • Yogyakarta waspadai penularan tuberkulosis pada anak

Yogyakarta waspadai penularan tuberkulosis pada anak

28 Februari 2018 16:37 WIB
Yogyakarta waspadai penularan tuberkulosis pada anak
Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab penyakit tuberkulosis. (wikipedia)
Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan tuberkulosis pada anak, salah satunya menyosialisasikan deteksi dini penyakit itu di sekolah.

"Deteksi dini ini sangat penting. Jika ada penularan, maka penanganan bisa dilakukan secepatnya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini usai peluncuran Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis (TB) 2017-2021 di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, upaya peningkatan deteksi dini TB pada anak dilakukan dengan memberikan sosialisasi terhadap guru pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak.

Guru atau pendidik akan diberikan pemahaman mengenai kondisi pertumbuhan siswa yang patut diduga tertular bakteri tuberculosis.

Beberapa gejala yang dapat dilihat di antaranya berat badan siswa tidak mengalami penambahan dalam tiga bulan berturut-turut, berkeringat banyak saat tidur, hingga berkurangnya nafsu makan.

"Masyarakat sering menyebut gejala tersebut dengan flek. Harapannya, siswa dapat segera didiagnosis untuk memastikan apakah tertular TB atau tidak," katanya.

Fita menyebut, risiko penularan TB terhadap anak akan meningkat apabila di lingkungan tempat tinggalnya terdapat orang dewasa pengidap TB namun tidak terdeteksi sehingga tidak menjalani pengobatan.

"Jika di suatu lingkungan ada anak-anak yang mengalami berat badan kurang maka patut diduga ada orang dewasa yang mengidap TB. Harapannya, orang tersebut juga terdeteksi dan bisa melakukan pengobatan agar sembuh," katanya.

Selain TB pada anak, kewaspadaan penularan TB juga dilakukan terhadap penderita HIV/AIDS dan penderita penyakit degeneratif seperti diabetes militus (DM) hingga TB kebal obat.

"Khusus untuk TB kebal obat, sudah ada 27 yang ditemukan di Yogyakarta. Warga yang tertular TB dari penderita TB kebal obat akan langsung menjadi penderita TB kebal obat sehingga harus melakukan pengobatan lebih lama," katanya.

Saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta sudah memiliki Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 102 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB 2017-2021.

Dalam rencana aksi tersebut, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta akan melibatkan berbagai pihak untuk membantu menanggulangi TB.

"Penanggulangan TB tidak bisa kami lakukan sendiri. Harus ada dukungan dari banyak pihak, termasuk organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, akademisi dan masyarakat itu sendiri," kata Fita.

Pada 2016 di Kota Yogyakarta ditemukan 1.006 kasus TB dengan 400 di antaranya adalah warga Kota Yogyakarta dan pada 2017 ditemukan 943 kasus TB dengan 550 di antaranya adalah warga Kota Yogyakarta.

"Dalam rencana aksi daerah tersebut juga sudah ditetapkan target yang harus dapat dicapai setiap tahun, mulai dari target temuan kasus hingga tingkat kesembuhan," katanya.

Sementara itu, Sekretasis Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta Titik Sulastri yang membacakan sambutan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, temuan TB perlu terus ditingkatkan agar pengobatan bisa dilakukan lebih maksimal.

"Temuan kasus harus linier dengan jumlah penderita yang berhasil disembuhkan. Masyarakat pun jangan takut jika temuan kasus banyak. Artinya, banyak penderita yang menjalani pengobatan," katanya.

Pemerintah Kota Yogyaakrat bahkan memberikan penghargaan berupa uang kepada pendamping dan penderita TB yang berhasil sembuh.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018