Brussels (ANTARA News) - Para aktivis kemanusiaan dan politisi Eropa mendesak dunia untuk memaksa Myanmar menghentikan pembersihan etnis Rohingya dan kalau perlu memejahijaukan Myanmar dengan tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis.Kini saatnya menerapkan sanksi terukur, waktunya kita menggunakan pengaruh perdagangan kita dan waktunya membahas rekomendasi kepada ICC. Pesan tegas harus dikirimkan
Seruan mereka itu disampaikan dalam sebuah seminar tentang Rohingya di Brussels, Belgia, Rabu waktu setempat pekan ini.
Salah satu yang menyerukan ini adalah Soraya Post. Anggota parlemen dari Swedia ini mengungkapkan bahwa Rohingya "dibenci karena agamanya. Mereka dibenci karena meningkatnya nasionalisme di Myanmar."
Post yang mengunjungi Myanmar dan kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh dua pekan lalu mengatakan, "kini saatnya menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis".
Dia menyeru kasus ini diajukan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Anggota parlemen Inggris dari komunitas muslim, Wajid Khan, mengungkapkan bahwa sejak 25 Agustus 2017, sekitar 600 ribu pengungsi Rohingya telah menyeberangi perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk menyelamatkan diri di Bangladesh.
Dia mendesak masyarakat internasional membantu pemerintah Bangladesh dalam mengurus para pengungsi Rohingya.
Jacqueline Hale dari Save the Children mengungkapkan 58 persen dari 700.000 pengungsi Rohingya di kamp-kamp Bangladesh adalah anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya. Dia memperkirakan ada 9.000 kasus pembunuhan di Myanmar yang tercatat sampai kini.
Baca: Tiga pemenang Nobel Perdamaian desak Suu Kyi hentikan penganiayaan Rohingya
Dia mendesak komunitas internasional untuk melindungi pengungsi anak Myanmar baik sekarang maupun masa mendatang dan memuji Bangladesh yang telah menampung sebegitu banyak pengungsi.
Sedangkan Gaelle Dusepulchre dari Federasi HAM Internasional (FIDH) mengomentari respons Uni Eropa terhadap krisis Rohingya.
"Kini saatnya menerapkan sanksi terukur, waktunya kita menggunakan pengaruh perdagangan kita dan waktunya membahas rekomendasi kepada ICC. Pesan tegas harus dikirimkan."
Dia mengatakan krisis Rohingya adalah akibat dari diskriminasi yang telah berlangsung lama sekali.
Caroline Vinot dari European External Action Service berterima kasih kepada penyelenggara karena mempertahankan krisis Rohingya dalam agenda politik.
Dia menyerukan perlunya mengimplementasikan rekomendasi Komisi Penasihat pimpinan Kofi Annan karena rekomendasi ini akan membantu menjawab akar penyebab krisis.
Kyaw Win dari Jaringan Hak Asasi Manusia menyatakan pembersihan etnis Rohinya harus dihentikan "jika ada keinginan politik dari komunitas internasional."
Duta Besar Bangladesh untuk Uni Eropa, Shahdat Hossain, menyerukan tekanan terus menerus terhadap Myanmar agar menghentikan persekusi terhadap Rohingya. Dia bahkan mengatakan sanksi ekonomi saja tidak cukup, karena harus ditambah dengan langkah-langkah konkret lainnya, demikian kantor berita KUNA.
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018