Sentul, Bogor (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengaku geli terhadap fitnah yang mengaitkan dengan PKI yang sudah dibubarkan pada 1965, padahal dia sendiri lahir pada 1961 sehingga ketika partai itu dinyatakan terlarang, Jokowi baru berumur empat tahun.Coba saya saja di bawah banyak yang diisukan `Itu Pak Jokowi PKI`. Banyak yang seperti itu coba. Padahal PKI itu dibubarkan pada tahun 1965. Saya lahir 1961. Berarti saya baru umur 3-4 tahun. Masa ada PKI balita, ya ndak? Lucu banget kan?
"Coba saya saja di bawah banyak yang diisukan `Itu Pak Jokowi PKI`. Banyak yang seperti itu coba. Padahal PKI itu dibubarkan pada tahun 1965. Saya lahir 1961. Berarti saya baru umur3-4 tahun. Masa ada PKI balita, ya ndak? Lucu banget kan? Itu yang memfitnah ngawur," kata Jokowi saat menyerahkan sertifikat tanah untuk rakyat di Halaman Sirkuit Sentul, Babakan Madang, Bogor, Selasa.
Dalam usia empat tahun, tidak mungkin seseorang terlibat PKI (Partai Komunis Indonesia). Oleh karena itu, ia berpesan kepada masyarakat agar memakai logika ketika ada informasi atau kabar bohong.
"Saya kan masih balita kok difitnah seperti itu. Saya kadang juga mau marah ya gimana. Enggak marah ya gimana. Serba salah. Tapi saya juga mau blak-blakan. Jadi kalau tidak diingatkan seperti itu, ada lho orang yang percaya. Coba logikanya enggak masuk kan? Masih ada yang percaya juga," kata Jokowi.
Lihat juga: Presiden serahkan sertifikat tanah
Dia menyayangkan masih saja ada masyarakat yang begitu mudah percaya atau terhasut berita bohong.
"Tugas saya sekarang ini adalah bekerja. Bekerja entah menyiapkan pembagian sertifikat, entah membangun infrastruktur, entah memberikan program-program bantuan sosial yang banyak sekali kita lakukan. Tidak ada yang lain," kata Jokowi.
Secara khusus kemudian Presiden berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk menjaga ukhuwah atau kerukunan bangsa.
"Jangan sampai kita diadu-adu karena pesta demokrasi atau karena pilihan bupati atau walikota ataupun gubernur ataupun pilihan presiden. Sekali lagi kita saudara sebangsa dan setanah air," katanya.
Menurut dia, Indonesia adalah negara besar, negara beragam, negara majemuk dengan agama berbeda dengan adat berbeda, sekaligus dengan tradisi berbeda.
"Saya selalu sampaikan, jaga persaudaraan kita, sebangsa dan setanah air, jaga persatuan dan kesatuan, jaga kerukunan. Ini penting untuk Indonesia ke depan," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi ancam copot Sofyan Djalil
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018