• Beranda
  • Berita
  • Inggris berjuang ungkap zat yang racuni eks mata-mata Rusia

Inggris berjuang ungkap zat yang racuni eks mata-mata Rusia

6 Maret 2018 20:51 WIB
Inggris berjuang ungkap zat yang racuni eks mata-mata Rusia
Ilustrasi Mata-mata (ANTARA News/Grafis)
Salisbury, Inggris (ANTARA News) - Polisi Inggris berusaha keras mengungkapkan zat mencurigakan yang diduga telah melumpuhkan mantan agen ganda Rusia yang divonis mengkhianati negaranya di Moskow beberapa tahun lalu karena mengungkapkan identitas belasan mata-mata Rusia kepada intelijen Inggris.

Mark Rowley, pejabat tinggi kontraterorisme Inggris, menyatakan para penyidik mesti memahami fakta ada ancaman terhadap negara setelah Sergei Skripal, eks agen ganda Rusia yang terakhir berpangkat kolonel dalam dinas rahasia militer Rusia GRU, mendadak sakit.

Mantan mata-mata berusia 66 tahun dan putrinya yang berusia 33 tahun, Yulia, ditemukan sudah tidak sadarkan diri di sebuah pusat perbelanjaan di kota Salisbury, Inggris, akibat terpapar apa yang disebut polisi "zat tak dikenal".

Keduanya dalam keadaan kritis di ruang perawatan khusus, hampir 48 jam setelah unit gawat darurat pertama kali dihubungi.

"Keduanya saat ini tengah dirawat karena diduga terpapar zat tak dikenal," kata Kepolisian Wiltshir seperti dikutip Reuters. "Keduanya masih dalam kondisi kritis di ruang perawatan intensif."

Polisi telah memblokade area di mana mantan mata-mata itu ditemukan, sebuah restoran pizza bernama Zizzi dan pub Bishop’s Mill di pusat kota Salisbury.

Baca juga: Bekas agen rahasia Rusia mendadak sakit parah, diracunkah?

Skripal, yang membocorkan identitas belasan mata-mata Rusia kepada dinas rahasia Inggris MI6, mendapat suaka di Inggris setelah ditukar dengan sejumlah mata-mata Rusia yang ditahan di Barat pada 2010 dalam pertukaran mata-mata paling besar sejak Perang Dunia, di Bandara Wina, Austria.

"Kita mesti mengingat: Para pengasingan Rusia tidaklah abadi, mereka semua bakal mati, dan bisa menjadi kecenderungan kepada teori konspirasi," kata Rowley kepada radio BBC. "Namun demikian kita harus menghidupkan fakta mengenai adanya ancaman negara," kata dia merujuk pembunuhan bekas agen KBG Alexander Litvinenko pada 2006.

Dari penyelidikan Inggris diketahui bahwa Presiden Vladimir Putin telah menyetujui pembunuhan Litvinenko dengan menggunakan zar radioaktif polonium-210 di London.   Rusia berulang kali membantah tudingan terlibat dalam pembunuhan Litvinenko.

Litvinenko adalah pengkritik utama Putin yang membelot dari Rusia ke Inggris enam tahun sebelum dia diracun. Dia meninggal dunia setelah minum teh hijau yang kemudian diketahui telah dicampuri dengan isotop radioaktif yang sangat mematikan di Hotel Millennium, London.

Para dokter Inggris sempat kesulitan mencari penyebab sakitnya Litvinenko.

Baca juga: Lika-liku Sergei Skripal, agen rahasia Rusia yang berkhianat


 

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018