"Penelitian sudah dilakukan, tapi yang saya tahu belum ada kesimpulan. Namun dugaan sementara, berdasar analisa awal tim, situs itu asli," kata Koordinator Juru Pelihara Benda Cagar Budaya BPCB Trowulan wilayah Tulungagung-Trenggalek, Hariyadi dikonfirmasi di Museum Wajakensis, Tulungagung, Kamis.
Ada beberapa parameter yang menjadi acuan tim arkeologi BPCB Trowulan, kata Hariyadi.
Di antaranya, lanjut dia, adalah struktur batu dengan pahatan yang memang sudah tua.
Selain itu, dua anggota tim BPCB Trowulan yang terdiri dari ahli arkeologi dan perlindungan benda cagar budaya juga menemukan beberapa situs lain di sekitar area temuan arca di puncak bukit Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung.
"Selain melihat langsung situs arca yang saat ini sudah disimpan di Museum Wajakensis, Tulungagung. Tim arkeologi dari BPCB Trowulan juga sempat melihat langsung lokasi penemuan dan menemukan beberapa situs lain seperti batu umpak, yoni dan sumber air kecil dengan struktur batu tersusun seperti petirtan kecil," katanya.
Namun tim BPCB Trowulan tak bisa serta-merta memutuskan keaslian situs kuno berbentuk arca dewa berukuran sekitar 20 x 60 centimeter tersebut.
Masih ada sejumlah tahapan yan harus dilalui sehingga suatu temuan baru berupa situs atau benda cagar budaya dinyatakan asli dan bukan tiruan atau rekayasa.
"Hasil penelitian awal ini akan dibawa ke BPCB Trowulan untuk dilakukan kajian bersama lintaskeahlian guna menentukan umur, bentuk, model pahatan/ukiran, hingga perkiraan masa pembuatan situs tersebut," ujarnya.
Setelah itu, lanjut Hariyadi, kesimpulan bersama lintaskeilmuan yang dilakukan BPCB Trowulan tersebut akan disampaikan ke pusat (Kementerian Kebudayaan) untuk selanjutya dilakukan surat penetapan.
"Baru kemudian akan dilakukan analisa taksir kompensasi yang bisa diberikan pemerintah kepada penemu (situs)," ujarnya.
Tindakan eskavasi atau penggalian areal sekitar penemuan situs sangat mungkin dilakukan. Namun hal itupun harus menunggu perencanaan dari BPCB mengingat agenda eskavasi situs juga sedang banyak dilakukan di sejumlah daerah di Jatim.
Situs berbentuk patung kuno menyerupai arca Nandiswara itu ditemukan pertama kali oleh petani bernama Surani (51) yang tengah berladang dengan beberapa istri dan kerabatnya di sebuah puncak bukit di Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung, sekitar pertengahan pekan lalu.
Surani mendapatinya saat sedang membersihkan sisa tanaman jagung di ladang miliknya yang berada di kawasan pesisir selatan Tulungagung, tepatnya dekat Pantai Coro.
Saat itu, Surani mengaku melihat struktur kepala arca yang menyembul sebagian di atas permukaan tanah. Ia kemudian lakukan penggalian dan mendapati sebuah arca berukuran tanggung.
Kabar penemuan situs kuno berbentuk arca itu dalam waktu singkat menyebar seantero desa hingga akhirnya viral di media sosial, sehingga banyak warga datang untuk sekedar melihat.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018