"Jadi separuh itu kontrak atau nyewa, sementara Jakarta adalah kota yang harga hunian naik terus," kata Anies di Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat.
Dia membandingkan warga yang berpenghasilan Rp7 juta, yang satu sewa rumah, yang satu kredit rumah setelah sepuluh tahun maka aset kekayaannya beda sekali.
"Mereka yang punya tanah jauh lebih makmur daripada yang tak punya tanah, yang punya bangunan lebih makmur dari yang tak punya bangunan," kata Anies.
Itulah yang menjadi alasannya untuk ngotot dengan program rumah dengan uang Down Payment (DP) nol rupiah, supaya warga Jakarta terbawa eskalator sosial.
"Ini eskalator naik ke situ terbawa ke atas juga. Di jakarta itu separuh warganya tidak terbawa ke atas, yang terbawa yang separuh lainnya. Ini kalau dibiarkan, bom waktu. Nampaknya sederhana keberpihakan itu," kata Anies.
Jakarta seperti juga Indonesia punya masalah ketimpangan karena itu kita ingin berpihak yang jelas. Keberpihakan itu adalah pembeda yang sejak masa lalu digaungkan, katanya.
"Sebagai contoh, mengapa kita membawa program DP nol rupiah. Banyak yang menganggap ini sekadar program hunian. Bukan, karena didulukan programnya rusunawa. Apa yang membedakan, sama - sama rumah, bahkan rusunawa itu biaya bulanannya lebih murah dari pada biaya kredit rumah. Ini soal keberpihakan," kata Anies.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018