Bekraf: Kontribusi sektor musik terhadap PDB kecil

10 Maret 2018 03:06 WIB

Fadjar Hutomo. (bekraf.go.id)

Yang tertinggi adalah kuliner 43 persen."

Jakarta (ANTARA News) - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menilai kontribusi sektor musik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih sangat kecil, terutama jika dibandingkan dengan sektor ekonomi kreatif lainnya.

"Musik masih kecil sekitar satu persen dari keseluruhan ekonomi kreatif. Yang tertinggi adalah kuliner 43 persen," kata Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo, saat ditemui di Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (9/3).

Ia menyebutkan kontribusi sektor musik berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sekira satu persen dari total PDB industri kreatif di akhir tahun 2017 senilai Rp1.000 triliun.

Subsektor musik, dinilainya, merupakan satu dari tiga subsektor prioritas di bawah naungan Bekraf, sedangkan dua bidang lainnya adalah film animasi dan video, serta aplikasi maupun pengembang mainan berkomputer (game developer).

Namun, ia mengemukakan, masih kecilnya kontribusi sektor musik salah satunya karena penghitungan kualifikasi baku lapangan industri yang dicatat BPS.

Menurut dia, BPS belum menghitung secara keseluruhan pendapatan dari ekosistem industri musik, baik melalui pertunjukan konser, pendapatan dari penjualan cakram digital (CD), kaset dan nada dering tunggu (ring back-tone/RBT) dan kerugian akibat pembajakan lagu.

"BPS bisa mengeluarkan angkanya, tetapi seberapa lengkap, apakah sudah menggambarkan ekosistem musiknya?," ungkapnya.

Fadjar berpendapat untuk mendongkrak kontribusi ekonomi kreatif, khususnya sektor musik, ada enam aspek yang perlu dibenahi, antara lain kelengkapan data, infrastruktur, akses permodalan, kekayaan intelektual dan pemasaran.

Bekraf mencatat pelaku industri ekonomi kreatif yang mendaftarkan hak paten dan karya ciptanya baru sekitar 11 persen. Oleh karena itu, Fadjar mengimbau para pelaku industri untuk segera mendaftarkan kekayaan intelektualnya.

Ada pun pada akhir 2017, PDB industri kreatif mencapai Rp1.000 triliun yang disumbang dari subsektor kuliner sebesar 43 persen, fesyen 18 persen dan kriya atau hasil kerajinan 16 persen.

Capaian ini meningkat dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp922 triliun, ujarnya menambahkan.