"Terlebih di lokasi-lokasi yang rawan serangan buaya. Seperti kejadian serangan buaya di Desa Ganepo. Itu sudah terjadi beberapa kali di kawasan itu. Kami mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah, di Sampit, Sabtu.
Serangan buaya kembali terjadi pada Kamis (8/3) sore di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau. Seorang perempuan bernama Jumi (49) diserang buaya saat mencuci pakaian. Untungnya korban lolos dari maut karena buaya tidak berhasil menariknya ke sungai setelah gigitannya terhalang kayu lanting.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka cakaran di lengan kiri dan luka gigitan buaya di lengan kanan. Korban masih trauma beraktivitas di sungai, apalagi buaya ganas itu kembali muncul di sekitar lokasi kejadian.
Pada Jumat (9/3) siang, Muriansyah bersama tim meninjau lokasi kejadian dan bertemu korban untuk memberi bantuan biaya berobat. Mereka dibuat kaget karena buaya pemangsa itu kembali menampakkan diri di sekitar lokasi kejadian.
Melihat dari bentuk kepalanya, kata Muriansyah, buaya tersebut diidentifikasi merupakan jenis buaya muara yang memang memiliki sifat ganas. Panjang buaya diperkirakan empat meter. Saat didekati menggunakan perahu tradisional, buaya tersebut menghilang.
Muriansyah berkoordinasi dengan Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah yang juga turun ke lokasi. Kebetulan lokasi kejadian tepat di seberang sungai dari Markas Komando Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah di Desa Pelangsian, Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang.
Hasil evaluasi BKSDA, lokasi kejadian termasuk kawasan rawan serangan buaya. Masih terdapat banyaknya pepohonan dan semak di pinggir sungai menjadi pilihan buaya untuk bertahan.
"Lokasi serangan Jumat (9/3) lalu itu berdekatan yakni berjarak sekitar 500 meter dengan Sungai Remiling, anak Sungai Mentaya. Di sekitar muara Sungai Remiling pada 2015 dan 2016 lalu, terjadi empat kali serangan buaya terhadap warga," katanya.
Muriansyah mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai. Selain menghindari lokasi rawan, warga juga diminta menghindari beraktivitas di sungai pada senja hingga subuh karena rawan serangan buaya.
Buaya biasanya makin agresif saat musim kawin. Selain itu, buaya makin sering muncul di perairan permukiman penduduk dan menyerang warga, diduga karena kelaparan akibat sumber makanan di habitatnya makin sulit didapat.
Masyarakat memperkirakan habitat buaya Sungai Mentaya ada di Pulau Lepeh, yakni pulau kecil tidak berpenghuni di tengah Sungai Mentaya kawasan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Warga sering melihat banyak buaya berjemur di pulau itu saat air surut.
Namun, karena sumber makanan makin sulit didapat, kini buaya mencari makanan hingga permukiman.
Pewarta: Norjani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018