Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Enny Sudarmonowati di Bogor, Minggu, mengatakan selain menata lanskap kebun raya menjadi wisata konservasi dengan spot-spot yang "instragrammable", kawasan itu dikembangkan menjadi basis wisata ilmiah.
"Tujuannya agar masyarakat dan generasi muda memahami sejarah dan keberhasilan hasil penelitian anak bangsa terhadap beragam tumbuhan tropis yang bisa dikembangkan di Indonesia sejak ratusan tahun lalu, salah satu diantaranya kelapa sawit," katanya seusai mendampingi Presiden Jokowi melakukan penandatanganan Prasasti Plasma Nutfah Kelapa sawit Indonesia, LIPI di Tugu 2 Abad Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Kebun Raya Bogor.
Menurut Enny, sejak pertama kali ditanam di Indonesia tahun 1848 atau 200 tahun lalu, tidak pernah ada yang menyangka bahwa perkembangan sawit begitu dahsyat.
"Hasil penelitian sawit yang bermula dari empat pohon asal Afrika di Kebun Raya Bogor itu, kini mampu mengubah wajah perekonomian Indonesia menjadi lebih baik," katanya.
Ke depan, pihaknya berencana menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan berbagai tanaman melalui penelitian dan teknologi.
Dia juga memastikan sepanjang mengikuti pengelolaan yang berkelanjutan serta menaati standar seperti ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), maka budidaya sawit tidak masalah.
Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Hasril Hasan Siregar mengatakan keberhasilan pemuliaan bibit unggul tidak terlepas dari peran empat bibit dura yang diintroduksi dan ditanaman di Kebun Raya Bogor.
Bibit kelapa sawit unggulan salah satunya Dura Deli, yang merupakan keturunan langsung generasi ke-4 dari plasma nutfah yang ditanam di Kebun Raya Bogor pada 1848.
"Saat ini, hampir semua perkebunan sawit di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand menggunakan bibit Dura Deli," kata Hasril.
Menurut dia, PPKS berupaya mewujudkan visinya sebagai lembaga penelitian yang mampu menjadi pusat penelitian unggulan di bidang budidaya kelapa sawit.
Kepala LIPI Prof Dr Bambang Subiyanto mengatakan penandatanganan prasasti tersebut merupakan salah satu bagian penting dari peringatan dua Abad Kebun Raya Bogor.
Berdirinya Kebun Raya Bogor pada tahun 1817 menjadi cikal bakal berdirinya institusi-institusi ilmiah di Indonesia dan merupakan sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia.
"Kebun Raya Bogor menjadi bukti dimulainya kesadaran Bangsa Indonesia terhadap pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dalam pemanfaatan sumber daya tumbuhan, khususnya untuk kepentingan ekonomi negara," katanya.
Prasasti tersebut, lanjutnya, bakal menjadi bukti sejarah bahwa kehadiran Kebun Raya Bogor telah mampu memperbaiki perekonomian negara melalui pengembangan potensi berbagai jenis tumbuhan, termasuk Kelapa sawit dan Kina.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan penandatangan prasasti oleh Presiden Jokowi merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap sejarah perkembangan sawit Indonesia.
"Tanpa adanya pemuliaan sawit di Kebun Raya Bogor, tidak akan pernah ada perkebunan sawit di Indonesia," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018