"Sehingga kami prediksikan dari sebelumnya 20 persen atau 2 juta wisatawan (kujungan wisata halal) sekarang menjadi 5 juta wisatawan," kata Menteri Arief seusai diskusi panel pada acara Regional Investment Forum 2018 (RIF) di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Arief, soal kunjungan wisata halal, Indonesia saat ini masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia, bahkan Thailand. Padahal, potensi kunjungan wisata dari negara-negara cukup besar jika destinasi wisata di Indonesia bisa menggarap wisata halal.
Ia mengilustrasikan, kunjungan wisatawan dari Arab Saudi yang selama ini mengutamakan destinasi wisata halal ke Indonesia pada tahun lalu mencapai 150.000 orang, padahal pada tahun yang sama kunjungan wisatawan Arab Saudi ke Malaysia mencapai 300.000 orang. "Bahkan yang datang ke Thailand mencapai 600.000 wisatawan dari Arab Saudi," kata dia.
Untuk mengejar ketertinggalan itu, menurut dia, Kementerian Pariwisata akan memusatkan pengembangan industri pariwisata halal di tiga provinsi yakni di Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Barat, Aceh.
"NTB yang sudah paling kelihatan, di mana wisata halal menyumbang kunjungan 1 juta wisatawan mancanegara dan 1 juta wisatawan nusantara," kata dia.
Menurut dia, daya tarik wisata halal bukan hanya berkaitan dengan standar layanan yang sesuai syariat Islam. Melainkan juga harus dibuktikan dengan mendapatkan sertifikasi halal.
"Kita harus sadarkan orang bahwa halal itu gaya hidup. Bisnis ini pasarnya besar kalau mau mengambil itu ya mau disertifikasi," kata dia.
Baca juga: Indonesia raih tiga penghargaan destinasi halal dunia
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018