Organisasi Standar Internasional atau International Organization for Standardization (ISO) secara resmi menetapkan LEWS buatan Indonesia itu untuk dipublikasikan sebagai ISO 22327. Penyerahan sertifikat ISO dilaksanakan di kantor Plenary Meeting ISO Sydney, Australia, Jumat.
Salah satu peneliti UGM yang mengembangkan LEWS, Teuku Faisal Fathani dalam keterangan tertulis Humas UGM menyatakan bahwa Keberhasilan terbitnya ISO 22327 merupakan hasil perjuangan panjang.
"Apa yang kita raih ini merupakan hasil perjuangan panjang dan UGM menjadi `project leader` dari ISO 22327 ini," kata Faisal.
Faisal mengatakan sejak 2006 UGM sudah mengembangkan alat-alat pemantau longsor sederhana bekerja sama dengan BNPB dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Dalam penerapannya dilakukan pendekatan terintegrasi dengan sistem peringatan dini yang utuh dari awal melalui kajian risiko hingga mengukur kemampuan respons masyarakat.
"Sistem ini terus berkembang hingga kini sudah dipasang di 30 provinsi dan di luar negeri," kata dia.
Sampai tahun 2014, kata Faisal, sistem peringatan dini longsor terintegrasi ini mulai dirumuskan sebagai SNI dan setahun kemudian didorong menjadi ISO.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, menyampaikan bahwa sistem peringatan dini longsor tersebut sebagai bentuk kontribusi Indonesia dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada dunia untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman bahaya longsor.
"Mari menciptakan bumi yang aman dari bencana untuk generasi mendatang," kata Willem dalam rilis yang dikirim oleh Humas BNPB pada hari yang sama.
Ia menambahkan sistem peringatan dini yang baik tidak hanya pada peralatan yang berdiri sendiri, tetapi pada akhirnya sistem tersebut dapat saling terkait sebagai suatu sistem peringatan dini yang efektif. Menurutnya, komunitas sangat penting sebagai bagian inti dari sistem tersebut karena mereka yang akan mendapatkan ancaman.
"Komunitas harus menjadi bagian dari sistem dan harus paham bagaimana sistem ini bekerja," kata dia.
Bagi BNPB penetapan ISO sistem peringatan dini longsor dapat menjadi penguatan wujud Indonesa sebagai laboratorium bencana dunia. Di samping itu, industri kebencanaan dapat tumbuh dan berkontribusi untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Seperti diketahui, pada awalnya LEWS ini telah diuji coba di lebih dari 150 lokasi di Indonesia. Lebih dari 40 juta masyarakat di 274 kabupaten/kota terpapar bahaya longsor. Longsor sendiri merupakan bencana paling mematikan di Indonesia.
LEWS ini diharapkan terus dapat berkontribusi dalam penanggulangan ancamana bahaya longsor di Indonesia. Lebih dari 40 juta masyarakat di 274 kabupaten/kota terpapar bahaya longsor. Longsor sendiri merupakan bencana paling mematikan di Indonesia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018