Wisatawan asal Inggris, Rawlins Taylor, mengaku beruntung dapat berwisata ke Bali bersamaan digelarnya festival arak-arakan boneka berujud Butha Kala itu sehingga bisa melihat banyak tradisi, seni, dan budaya yang ditampilkan warga Bali.
"Kemarin (15/3), saya sudah melihat ritual agama yang digelar di pantai (Melasti), malam ini saya menyaksikan parade patung raksasa (Ogoh-ogoh). Sebelumnya saya hanya melihat itu di internet. Ini bagus," ujarnya
Sejak Jumat (16/3) sore, mereka sudah tampak antusias menyaksikan Ogoh-ogoh karya pemuda Kuta yang masih diletakkan di kawasan Jalan Legian. Mereka juga berfoto dengan Ogoh-ogoh tersebut.
Saat Ogoh-ogoh mulai diarak, para wisatawan mulai berpindah ke panggung utama di Pura Desa Adat Kuta untuk menyaksikan Festival Ogoh-ogoh yang dipadukan dengan fragmen tari.
Karena banyaknya warga dan wisatawan yang menonton. Pemuda yang mengarak Ogoh-ogoh tampak kesulitan menggerakkan Ogoh-ogoh karena ruangan yang terbatas akibat ruas jalan yang dipenuhi penonton.
Hal tersebut membuat Pecalang (petugas keamanan adat Bali), petugas kepolisian dan panitia terus mengimbau warga dan wisatawan untuk tidak berdesak-desakan dan memberi ruang untuk arak-arakan Ogoh-ogoh
Wisatawan asal Australia, Emanda Callie mengatakan, dirinya sangat senang bisa melihat Ogoh-ogoh yang tampil berkolaborasi dengan tari-tarian dalam kegiatan tersebut.
"Acara itu (Festival Ogoh-ogoh) sangat bagus. Aku hanya bisa melihatnya di Bali. Tapi karena banyaknya orang disini jadi susah menonton. Tapi tidak masalah, semua orang ingin senang disini," ujarnya.
Baca juga: Ratusan ogoh-ogoh berjejer di pinggir jalan Denpasar
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018