Laporan itu juga menyebutkan bahwa China kemungkinan akan mengadopsi beberapa peraturan pengoperasian kendaraan dari Jerman.
Dosen hukum Universitas Wuerzburg, Eric Hilgendorf, yang juga anggota komisi etika kendaraan otonom pemerintah Jerman, akan bertolak ke China dalam beberapa pekan mendatang untuk menyampaikan informasi tentang undang-undang tersebut.
Hilgendorf, yang mengisi tiga ceramah di Renmin University of China Law School dan mengadakan pertemuan tingkat tinggi mengenai undang-undang tersebut, mengatakan China telah mengadopsi banyak undang-undang pidana dan perdata dari Jerman.
Meski masih ragu, namun ia berharap China kembali mengadopsi undang-undang Jerman terkait pengoperasian kendaraan otonom.
"Terutama jika menyangkut masalah teknis, mereka sering kali siap untuk mengadopsi sebagian besar undang-undang kami," katanya kepada Reuters.
Pabrikan mobil Jerman akan mendapat keuntungan jika China mengadopsi undang-undang itu, kata Hilgendorf, kemudian menambahkan bahwa kendaraan Jerman yang diekspor ke China akan minim perubahan spesifikasi karena kesamaan peraturan tersebut.
Pabrikan mobil dari seluruh dunia tengah bekerja sama dengan perusahaan teknologi seperti Google, Tesla dan Apple untuk mengembangkan kendaraan otonom. Pembuat mobil Jerman, Volkswagen, Daimler dan BMW, juga menggelontorkan banyak dana dalam teknologi itu.
Undang-undang tersebut memungkinkan perusahaan menguji coba kendaraan dengan pengemudi yang diizinkan melepaskan tangan mereka dari setir dan pandangannya tidak perlu selalu memantau situasi lalulintas karena kendaraan digerakan secara swakemudi.
Hilgendorf adalah anggota komite yang ditunjuk pemerintah Jerman untuk menyusun pedoman etika pertama di dunia tentang mobil swakemudi, termasuk persyaratan perangkat lunak yang diprogram untuk menghindari kecelakaan dengan segala cara.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018