Dekranasda Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung mendukung kegiatan pembuatan kerajinan dari pelepah pisang karena hemat biaya, hasilnya unik, dan ramah lingkungan, sedangkan bahan baku itu selama ini hanya sebagai sampah perkebunan.
"Pelepah pisang yang hanya menjadi sampah saja, saat ini dapat diolah menjadi bahan utama berbagai kerajinan rumahan yang siap dipasarkan," kata Ketua Dekranasda Kabupaten Waykanan Dessy Afrianti Adipati di Waykanan, Selasa.
Dia menjelaskan dengan adanya kerajinan seperti itu, pelepah pisang yang tadinya hanya sebagai sampah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama.
Istri Bupati Waykanan Raden Adipati Surya itu, menjelaskan, banyak karya berbahan baku pelepah pisang yang berhasil dipromosikan ke luar Waykanan, seperti wadah minum, wadah tisu, wadah gelas, wadah teko, nampan, dan bunga.
Walaupun masih terbilang murah, lanjut dia, kerajinan dari bahan yang tidak bisa dimanfaatkan itu menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk kebutuhan rumah tangga para perajin.
"Alhamdulilah menambah satu kegiatan lagi para kader PKK yang ada di Kecamatan Buay Bahuga, semoga kegiatan terus berjalan dan bisa dipromosikan di berbagai kegiatan dan `event` tingkat provinsi dan nasional," katanya.
Dessy menjelaskan pada 2017, dirinya sebagai ketua TP PKK bersama dengan anggota lainnya, melakukan kunjungan dan studi banding ke Provinsi D.I. Yogyakarta untuk melihat kerajinan tangan. Pada 2018, Kecamatan Buay Bahuga telah mengaplikasikan hasil studi banding tersebut kepada anggota TP PKK kecamatan setempat.
Industri rumah tangga yang memproduksi kerajinan dari pelepah pisang itu, katanya, dapat mengangkat perekonomian masyarakat, khususnya ibu-ibu Kampung Srinumpi, Kecamatan Buay Bahuga.
Cikmawati, perajin pelepah pisang asal Kampung Sukadana mengatakan bahwa membuat kerajinan rumahan dari pelepah pisang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang cukup tinggi.
Namun, harga setiap produk kreasi tersebut cukup murah. Harga yang ditawarkan juga cukup bervariasi, mulai dari yang paling murah Rp10 ribu hingga paling mahal Rp200 ribu.
"Untuk harganya sendiri tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya. Kalau untuk kotak tisu ini harganya Rp45 ribu. Kalau untuk yang hanya berbentuk kertas saja, harga per itemnya hanya Rp4 ribu saja, sedangkan untuk yang berbentuk lemari penyimpanan, karena memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi saat pembuatannya kisaran harga per satu itemnya mencapai Rp200 ribu," Kata dia.
Pembuatan berbagai produk kerajinan tersebut, saat ini dapat berdampak positif bagi perekonomian kader PKK Kecamatan Buay Bahuga.
Selain menambah penghasilan mereka, setiap kader juga bisa mengasah daya kreativitasnya dengan membentuk berbagai produk sesuai dengan keinginannya.
Baca juga: Dekranasda Yogyakarta fokus kembangkan batik dan perak
Baca juga: Dekranasda siapkan galeri produk kreatif Jakarta
Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018