Menggambar bisa jadi terapi kala depresi

20 Maret 2018 17:51 WIB
Menggambar bisa jadi terapi kala depresi
Ilustrasi menggambar sketsa (ANTARA News/KamiSketsa Galeri )
Jakarta (ANTARA News) - Bagi seorang Vindy Ariella, melukis atau menggambar sesuatu menjadi salah satu kegiatan positif yang bisa dilakukan kala depresi melanda.

"Menggambar bebas, sekalian mengeluarkan uneg-uneg atau membuat semacam kartu masa depan untuk menyemangati diri kita," ujar perempuan yang juga merupakan Ketua Bipolar Care Indonesia (BCI) itu di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, seseorang yang bahkan tak berbakat dalam seni menggambar tetap bisa melakukannya.

"Atau membuat motif berulang, untuk relaksasi. Tidak mesti berbakat," kata dia.

Vindy mengatakan, saat depresi dirinya justru bisa mendapatkan hasil lukisan yang lebih memuaskan.

"Saat depresi saya melukis. Lebih menghayati, seolah-olah masuk ke dalam lukisan. Sekaligus sebagai penyaluran sedih," kata dia yang didiagonasa menderita gangguan bipolar pada tahun 2009 silam itu.    
 
Vindy Ariella, salah satu orang dengan gangguan bipolar (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)


Vindy menegaskan, bagi penderita gangguan bipolar, penting untuk bisa mengenali kapan gejala penyakitnya itu muncul, demi menghindari masalah.

"Harus tahu kapan mau drop, misalnya kalau saya, belakangan banyak tidur. Kalau sudah begitu, batasi aktivitas. Tetapi saat semangat tinggi, jaga jangan sampai bablas," kata dia.

Namun, terkadang dia juga meminta ditemani sang ibunda, bahkan untuk sekedar meminta pelukan.

Depresi merupakan suasana sedih atau murung dan disertai hilangnya minat. Kondisi ini biasanya menetap selama dua minggu. Sejumlah tanda depresi antara lain sedih, sulit tidur, tangisan tak terkontrol, perubahan nafsu makan, kehilangan energi, gangguan konsentrasi dan ada pikiran untuk bunuh diri.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018