Direktur PT Trubus Swadaya Utami Kartika Putri di Jakarta, Kamis, mengatakan selama ini pihaknya banyak mendapatkan laporan dan testimoni dari berbagai kalangan masyarakat terkait khasiat jamur maitake untuk menyembuhkan kanker.
"Hal itu membuat kami tergerak untuk menelusuri pembenaran dari khasiat jamur maitake," katanya.
Pihaknya yang selama beberapa dekade fokus pada peliputan terkait komoditas pertanian hingga obat tradisional itu banyak menemukan fakta bahwa di Indonesia sudah banyak pasien kanker dan tumor yang kondisi tubuhnya membaik setelah memperoleh pengobatan kanker yang dikombinasikan dengan konsumsi suplemen berbahan MD-fraction dan kapsul bubuk maitake.
Oleh karena itu, ia berpikir untuk mendokumentasikan hasil penelusuran tersebut dalam bentuk buku berjudul "Maitake Lebih dari Sekadar Jamur Antikanker".
"Selama ini jamur maitake memang terkenal dengan kelezatan dan khasiatnya. Jika terdokumentasikan dengan sistematis kami berharap bisa memberikan referensi tersendiri bagi masyarakat, harapan kami buku ini bisa menjadi acuan dan sumber yang bermanfaat," katanya.
Dari berbagai penelusuran yang dilakukan timnya, Utami mengisahkan bahwa sejak zaman Edo, yakni sekitar 1800-an, jamur itu menjadi konsumsi kalangan istana di Jepang.
"Keluarga istana biasanya membeli maitake dari para pemburu maitake di hutan belantara kemudian menukarnya dengan perak seberat bobot jamur yang disetorkan," katanya.
Oleh sebab itu, ia menambahkan, menjadi wajar ketika itu maitake menjadi sangat berharga.
Ketika ada masyarakat di Jepang yang kebetulan menemukan maitake di alam umumnya mereka akan menari kegirangan seperti baru menemukan harta karun.
"Itulah sebabnya jamur bernama ilmiah Grifola frondosa itu mendapat sebutan maitake yang dalam bahasa Jepang berarti tari," katanya.
Pada 1980 seorang warga Jepang bernama Yoshinobu Odaira berhasil membudidayakan maitake di luar habitat aslinya di alam.
Kemudian pada 1983 ia mendirikan perusahaan Yukiguni, Co., Ltd., yang memproduksi maitake segar dan suplemen kesehatan berbahan maitake.
Kini perusahaan yang berlokasi di kota Minamiuonuma, Prefektur Niigata, Jepang, itu menjadi salah satu produsen maitake terbesar di Jepang.
Cerita tentang khasiat maitake juga menjadi perhatian para peneliti di Jepang, salah satunya Prof. Hiroaki Nanba, Ph.D., guru besar emeritus dari Universitas Farmasi Kobe, Jepang.
Sejak 1983 ia mulai meneliti khasiat dan akhirnya menemukan senyawa aktif bernama MD-fraction.
Senyawa aktif itu ternyata memiliki berbagai khasiat, terutama sebagai antitumor dan antikanker.
"MD-fraction dan bubuk maitake bekerja dengan cara mendongkrak sistem kekebalan tubuh pasien. Di Jepang, khasiat maitake itu bahkan sudah teruji klinis," kata Utami.
Penelusuran melalui studi pustaka dan peliputan lapangan, termasuk beragam bukti khasiat maitake itulah yang dirangkumnya dalam buku.
"Selain berisi bukti khasiat, buku ini juga memaparkan budi daya maitake ala Jepang dan teknik menjaga mutu maitake agar kualitasnya tetap terjaga. Ada pula pemaparan dari pakar, dr. Hendrawan Nadesul terkait pandangan mengenai kanker dan jamur maitake di dunia kesehatan," kata Utami.
Baca juga: BPOM: tidak ada obat herbal untuk kanker
Baca juga: Obat tak turunkan angka penderita kanker, kata YKI
Baca juga: UNS kembangkan obat kanker dari daun sirsak
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018