Pembangunan bandara di Buleleng masih berproses

22 Maret 2018 13:56 WIB
Pembangunan bandara di Buleleng masih berproses
Pesawat udara lepas landas di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (18/3/2018). Bali hanya memiliki satu bandara internasional dan akan dibangun bandara kedua di Kabupaten Buleleng. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Denpasar (ANTARA News) - Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, mengatakan tim konsultan yang ditunjuk Bank Dunia menyetujui kembali mengadakan survei terkait rencana pembangunan bandar udara baru di kawasan utara Pulau Dewata, yakni Kabupaten Buleleng.

"Saya jelaskan panjang lebar, akhirnya mereka mengerti. Saya katakan coba survei sekali lagi dan mereka setuju untuk datang lagi ke Bali," kata Pastika, setelah menghadiri Sidang Paripurna DPRD Bali, di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, tentu saja survei oleh konsultan Bank Dunia itu harus lebih komprehensif dengan melibatkan jajaran pemerintah, DPRD, tokoh masyarakat, akademisi, maupun berbagai lembaga terkait.

Orang nomor satu di Bali itu berpandangan survei yang dilakukan sebelumnya oleh mereka itu tidak lengkap, yang salah satu hasilnya menyebut bahwa pembangunan bandara baru di Kabupaten Buleleng itu tidak layak.

"Mereka melakukan studi tanpa melibatkan provinsi dan tokoh-tokoh masyarakat. Dari Universitas Udayana yang memang dilibatkan hanya satu orang, itupun atas nama perorangan dan bukan atas nama pemerintah," ucapnya.

Demikian juga perwakilan Pemprov Bali yang diundang hadir dari Dishub dan Bappeda, tetapi pejabat tersebut bukan orang yang berwenang menentukan kebijakan apapun, serta memang mereka tidak diberi kesempatan berbicara.

"Belum lagi kalau bicara dari perizinan, kalau melakukan penelitian harus ada izin dari provinsi, kalau skup-nya antarkabupaten dan sebagainya. Apalagi ini adalah proyek yang sangat strategis, seharusnya melibatkan kita, minta izin dari kami dulu, mendapat penjelasan dulu dari kita dan kalau perlu melibatkan kami," ujarnya.

Selain itu, Pastika juga menyesalkan karena sebelumnya yang dipakai data sekunder oleh tim survei konsultan Bank Dunia itu adalah data 2015, yang kondisinya sudah banyak berubah.

"Saya katakan masalah airport ini kita sudah mulai memimpikannya puluhan tahun lalu karena melihat ketimpangan yang sangat mencolok, baik dari segi kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya," katanya.

Selain itu, ujar Pastika, pada survei yang telah dilakukan tim tersebut tidak hanya fokus mengenai rencana pembangunan bandara di kawasan Bali utara itu. Namun juga dari sisi infrastruktur lain Bali, seperti jalan, pelabuhan, kereta api dan sebagainya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018