"Selama musim penghujan ini, petugas dari KAI Daop 7 Madiun semakin intensif memantau seluruh jalur KA. Terutama di jembatan-jembatan yang kemungkinan sungainya berpotensi banjir atau aliran airnya bisa menyebabkan longsoran," ujar Manajer Humas PT KAI (Persero) Daop 7 Madiun Supriyanto di Madiun, Kamis.
Menurut data Daop setempat, terdapat sejumlah jalur KA yang rawan longsor dan banjir saat curah hujan tinggi sehingga berdampak pada kelancaran perjalanan KA. Di antaranya di sejumlah titik sepanjang Walikukun, Ngawi hingga Blitar.
Selain itu, konstruksi rel kereta api yang bercabang di sepanjang Stasiun Madiun-Babadan dan di daerah sekitaran Saradan Wilangan juga masuk kategori rawan ambles. Hal itu karena terdampak proyek pembangunan `double track` atau jalur ganda KA Jombang?Madiun.
Untuk mengantisipasi hal itu, ia menempatkan personel tambahan guna melakukan penjagaan. Di sisi lain, PT KAI Daop 7 Madiun menyiagakan alat material untuk siaga (Amus) atau perlengkapan untuk mencegah bencana.
Peristiwa longsornya balas batu kricak di wilayah Daop Madiun baru-baru ini terjadi di jembatan KA kilometer 204 antara Stasiun Walikukun-Kedunggalar Kabupaten Ngawi. PT KAI Daop 7 Madiun sempat melakukan pengamanan di jalur tersebut dengan memasang semboyan tanda larangan KA melintas.
Daop 7 Madiun lalu segera melakukan tindakan untuk mempercepat normalisasi jalur KA yang sedang ambles atau longsor. Salah satunya perkuatan di kanan dan kiri jalur KA serta penambahan batu kricak.
"Beruntung, dengan bantuan alat berat yang ada di lokasi serta pemaksimalan petugas dan peralatan yang ada, kami bisa mempercepat normalisasi, sehingga perjalanan KA segera lancar kembali," tambahnya.
Supriyanto menegaskan, penjagaan keamanan dan keselamatan jalur KA akan terus ditingkatkan guna memberikan layanan yang maksimal terhadap penumpang. Terlebih sebentar lagi masa angkutan lebaran segera tiba.
"Prinsipnya, PT KAI (Persero) terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga keselamatan perjalanan kereta api," katanya.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018