"Di permukaan agak dingin, di bawah terjadi seperti konveksi dan di sana ada pengumpulan gas sehingga terjadi letupan gas," kata Kepala PVMBG, Kasbani, pada sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Kasbani menuturkan, gas beracun itu di antaranya berupa hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2) itu kemudian bertiup ke arah barat yang merupakan lereng gunung yang diperkirakan mendekati pemukiman.
Saat ini, lanjut dia, PVMBG telah menurunkan tim ke lapangan untuk menganalisis lebih lanjut terkait munculnya gas beracun tersebut.
Kasbani juga mengeluarkan rekomendasi kepada instansi terkait untuk menutup sementara jalur pendakian dan wisatawan karena berbahaya bagi kesehatan.
Dia menjelaskan gas H2S misalnya memiliki ciri khas bau yang menyengat namun semakin tinggi konsentrasinya, gas tersebut malah tidak berbau.
Sehingga, lanjut Kasbani, perlu diantisipasi masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di dekat kawah gunung terutama saat musim hujan dan di malam hari meski saat kondisi normal dengan radius aman sekitar tiga kilometer dari kawah.
Saat ini status Gunung Ijen masih normal dan tidak ada kenaikan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan.
Pada Rabu malam (22/3), Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Nugroho, mengatakan, beberapa warga Dusun Margahayu Desa Kalianyar Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso keracunan gas belerang berupa sesak nafas dan muntah-muntah.
Dia mengatakan, sebanyak 30 orang dirawat akibat terpapar gas belerang pekat dan dirawat di Puskesmas Sempol, Puskesmas Tlogosari, dan RS Koesnadi Bondowoso.
Sebanyak 178 jiwa warga sudah dievakuasi dari empat dusun terpapar, yaitu Dusun Margahayu, Dusun Krepekan, Dusun Watucapil dan Dusun Kebun Jeruk, ke tempat aman.
Dia mengungkapkan tidak semua warga dari dusun bersedia dievakuasi. "Saat ini?bau menyengat mulai berkurang," ucap Nugroho.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018