Reuters, Minggu (25/3), melaporkan bahwa kesepakatan tersebut paling cepat akan diumumkan Senin (26/3), menandai konsolidasi besar pertama di industri tersebut di Asia Tenggara, sekaligus memberi tekanan kepada saingannya, seperti Gojek, yang didukung Alphabet dan Tencent Holdings.
Menurut sumber yang mengetahui langsung tentang hal tersebut, sebagai bagian dari transaksi, Uber akan mendapatkan saham sebanyak 30 persen dalam bisnis gabungan tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh sumber lain yang mengetahui kesepakatan itu, yang mengatakan bahwa Uber akan memperoleh 25 persen hingga 30 persen saham di Grab, di mana keseluruhan bisnis bernilai 6 miliar dolar.
Namun, Reuters menyebutkan bahwa Uber dan Grab, yang berbasis di Singapura, menolak untuk berkomentar tentang hal itu.
Konsolidasi di industri aplikasi penyedia transportasi menjadi sangat kompetitif di Asia dipicu ketika SoftBank Group Corp Jepang membuat investasi multi-miliar dolar di Uber awal tahun ini.
SoftBank juga merupakan salah satu investor utama di beberapa saingan Uber, termasuk Grab, Didi Chuxing di China, dan Ola di India.
Perusahaan-perusahaan yang naik daun di seluruh Asia mengandalkan diskon dan promosi untuk menarik baik pengendara maupun pengemudi, sehingga menurunkan margin laba.
Uber, yang mempersiapkan Initial Public Offering pada 2019, kehilangan 4,5 miliar dolar tahun lalu dan menghadapi persaingan sengit di kampung halamannya dan di Asia, serta harus menghadapi kerasnya regulasi di Eropa.
Uber juga harus memulihkan diri dari skandal yang melibatkan co-founder Travis Kalanick pada tahun lalu.
SoftBank memperoleh dua kursi di dewan direksi Uber melalui investasinya dan menginginkan perusahaan untuk fokus pada pertumbuhan di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Australia, tetapi tidak di Asia, karena kurangnya profitabilitas.
CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan dalam sebuah konferensi di New York pada bulan November bahwa operasi Uber di Asia tidak akan "menguntungkan dalam waktu dekat," terutama dikarenakan besarnya subsidi yang diberikan Uber.
"Ekonomi pasar tersebut bukan seperti yang kami inginkan," katanya saat itu.
Khosrowshahi, yang mengambil alih posisi teratas di Uber pada bulan Agustus, telah memperbaiki keuangan perusahaan.
Meski demikian, selama kunjungannya ke India pada bulan Februari, dia berjanji untuk terus berinvestasi secara agresif di Asia Tenggara.
Kini, setelah Uber menarik diri dari Asia Tenggara, perhatian perusahaan kemungkinan beralih ke operasi di India, yang menyumbang lebih dari 10 persen perjalanan Uber secara global, tetapi belum menghasilkan uang.
Kesepakatan Uber dengan Grab akan serupa dengan yang terjadi di China pada tahun 2016, ketika perang harga berakhir dengan Didi Chuxing membeli bisnis Uber di China dengan imbalan saham di perusahaan, demikian Reuters.
Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018