Berdasarkan data yang dihimpun Antara di Jakarta, Senin dari Kementerian ESDM, dengan asumsi produksi konstan 800.000 per hari tanpa adanya temuan cadangan baru, maka dalam 11 hingga 12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi.
"Ini mungkin tidak 11-12 tahun kedepan, karena produksi akan turun. Tahun depan mungkin turun menjadi 700.000 (bph) dan seterusnya," ujarnya.
Baca juga: Minyak Indonesia 11 tahun lagi habis
Faktor teknologi dan temuan cadangan baru, sebut Arcandra, merupakan kunci keberlangsungan produksi minyak bumi di Indonesia.
Menurut Arcandra, teknologi eksploitasi minyak bumi saat ini hanya dapat mengambil 40-50 persen cadangan minyak dari dalam perut bumi.
"Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menguras lebih. Selama anak cucu kita bisa menemukan teknologi itu, kita tidak akan bisa memproduksi lebih dari itu. Untuk gas lebih baik, kita masih (memiliki cadangan) 25-50 tahun ke depan," ungkapnya.
Lebih lanjut Arcandra menjelaskan, cadangan terbukti minyak Indonesia yang mencapai 3,3 miliar barel tersebut bukanlah cadangan yang melimpah. Bila dibandingkan dengan cadangan terbukti minyak dunia, hanya setara dengan 0,2 persen. Selain itu, Reserve Replacement Ratio (RRR) Indonesia juga dinilai masih rendah.
"Kita hanya mampu reserve replacement ratio 50 persen. Itu adalah rasio berapa banyak yang kita ambil terhadap berapa banyak (cadangan minyak) yang kita temukan. Kita dua kali lebih banyak mengambil daripada menemukan, sementara negara-negara tetangga RRR-nya banyak yang diatas 100 persen," kata Arcandra.
Baca juga: Cadangan minyak nasional tinggal 3,7 miliar barel
Baca juga: Cadangan minyak Indonesia tinggal 4,4 miliar barel
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018