Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengatakan bahwa JFS tersebut dilakukan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) dan Global Affair Canada untuk membuka peluang kerja sama yang lebih terstruktur.
"Laporan studi kelayakan yang dilakukan oleh ERIA dan Kanada menunjukkan bahwa ASEAN-Canada FTA akan membawa manfaat bagi pertumbuhan ekonomi kedua belah pihak. Namun, ASEAN masih perlu melakukan kajian cost benefit secara komprehensif," kata Iman, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin.
Pelaksanaan studi kelayakan ini merupakan instruksi para Menteri Ekonomi ASEAN dan Kanada pada pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM)-Consultation Canada yang diselenggarakan di Vientiane, Laos, Agustus 2016 lalu. Studi kelayakan dilakukan untuk mengkaji potensi dan mengeksplorasi manfaat ekonomi ASEAN-Canada FTA.
Fokus studi diarahkan pada dampak FTA terhadap produk domestik bruto (PDB) dan ekspor serta impor ASEAN dan Kanada sekaligus juga dampak terhadap ekonomi bilateral negara anggota ASEAN termasuk perdagangan barang, perdagangan jasa, dan investasi dua arah.
Menurut Iman, hal yang perlu dicermati adalah adanya perbedaan format dan ambisi perjanjian FTA antara ASEAN dan Kanada.
ASEAN belum menerapkan isu lingkungan, kesetaraan gender, monopoli, transparansi dan bebas korupsi, serta pengadaan barang atau jasa oleh pemerintah dalam setiap elemen kerja samanya, sedangkan Kanada sudah terlebih dulu menerapkan isu-isu tersebut.
"Hal ini akan menjadi tantangan bagi ASEAN jika harus menerapkan isu-isu itu dalam setiap elemen kerja sama," kata Iman.
Iman menyampaikan Kementerian Perdagangan juga telah melakukan kajian untuk melihat dampak ASEAN-Canada FTA terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa Indonesia akan memperoleh keuntungan pada level moderat.
Manfaat terbesar dapat diperoleh Indonesia apabila perjanjian ini fokus pada pengurangan hambatan nontarif (NTMs) ekspor Indonesia ke Kanada dan perbaikan fasilitasi perdagangan.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, kata Iman, Indonesia tidak perlu khawatir bergabung dalam ASEAN-Canada FTA dengan catatan perlunya mitigasi terhadap sektor-sektor yang berpeluang mengalami gangguan oleh perjanjian perdagangan bebas tersebut, dan intensivitas dalam meningkatkan daya saing industri.
Indonesia juga perlu memanfaatkan ASEAN-Canada FTA sebagai sarana alih teknologi.
Iman juga menambahkan perlunya pembahasan awal yang disepakati bersama oleh Kanada melalui dialog pada level badan sektoral terkait untuk isu-isu area baru yang akan diusulkan Kanada, seperti pendekatan yang dilakuan oleh Uni Eropa kepada ASEAN.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018