"Media sosial tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, jadi tidak bisa dijadikan narasumber atau sumber berita," ujar Auri Jaya di Jakarta, Senin.
Auri mengatakan berita bohong atau "hoax" tidak hanya dalam tulisan, tetapi juga dalam bentuk gambar yang tidak sesuai dengan peristiwa aslinya.
Menurut dia, orang yang paling gampang terpengaruh berita bohong kebanyakan orang yang kurang membaca sehingga tidak mempunyai pembanding benar atau salahnya suatu informasi.
"Mengantisipasi `hoax` itu banyak membaca. Literasi sekarang bisa diakses dimana saja," kata Auri.
Meski berita bohong bukan barang baru, ia menilai Pilkada DKI Jakarta yang menjadi ajang perseteruan dua kubu kuat memunculkan kembali hal tersebut di media sosial.
Peristiwa itu, kata Auri, membuat orang menjadi lebih melek media sosial.
Ia mengakui SMSI masih memiliki banyak pekerjaan rumah, seperti melakukan pelatihan, khususnya di daerah agar kinerja wartawan menjadi lebih baik.
Media daring arus utama diharapkan menjalankan perannya dalam menangkal konten negatif dan penyebaran hoax di dunia maya, menjaga independensinya serta memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Apalagi kini media daring merupakan media massa yang paling banyak menyentuh lapisan masyarakat.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018