Kegiatan seni budaya ini merupakan kegiatan penggalian dana yang diprakarsai organisasi nirlaba Secourse Populaire Francais (SPF) organisasi kemanusiaan yang membantu dan peduli terhadap kemiskinan, dan mengedepankan rasa solidaritas kepada siapapun tanpa terkecuali tidak saja di Prancis tapi di belahan dunia lainnya berdiri sejak tahun 1946, demikian pimpinan SJI Paris Putu Anggawati kepada Antara London, Senin.
Dengan harga ticket 15 euro, penonton memenuhi gedung pertunjukan Ferme Du Mousseau disuguhi penari SJI yang terdiri dari Ibu-Ibu Indonesia ini secara kompak melakukan Prosesi Banten Sari iringan Bleganjur, menari Rejang Dewa, Baris, Jaipong Sekar Tanjung, Sekar Jagat, Megending Janger dan Berkecak ria dengan semangat ceria.
Penonton yang menyaksikan pertunjukan memberi tepuk tangan yang meriah sebagai apresiasi yang tinggi. SJI yang secara resmi dibentuk tahun 2011 di bawah komando Ibu Putu Anggawati dengan setia membangun citra Indonesia dalam berbagai kegiatan yang diadakan sendiri maupun bekerjasama dengan KBRI Paris dan organisasi di Perancis.
Kemeriahan pertunjukan juga terlihat ketika keahlian permainan lincah Iringan tetabuhan dimainkan Grup Gamelan Bali Puspa Warna dibawah pimpinan Theo Merigeau dan Tseng Hsiao Yun.
Teknik memainkan gamelan secara cepat, dinamis dalam instrument gangsa, kantilan maupun reongdengan kotekan (interlocking figuration) ?mengagetkan penonton terutama anak-anak muda yang menyaksikan pertunjukan tersebut. Hanya satu kata yang disampaikan oleh penonton dengan menyatakan `?c?est magnifique?!
Puspa Warna merupakan Grup Gamelan Bali yang ada di Eropa. Digembleng dengan semangat dinamis sejak bulan Desember 2014 oleh Guru Gamelan yang berdomisili di Belgia Made Agus Wardana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mr. Ciaaattt. Kesungguhan berlatih secara rutin dan tekun mampu menampilkan pertunjukkan yang berbeda dari grup gamelan yang ada di Eropa saat ini. Penampilan Puspa Warna memberi warna cerah impresionis yang berbeda dengan gerak cepat pemain muda berbakat serta professional dibidang perkusi seperti Theo, Jeremie, Hsiao Yun, Sven, Christophe dan lain lain, ujar Made Agus Wardana.
Dikatakannya aktifitas budaya dilakukan kedua grup seni Sekar Jagat Indonesia dan Grup Gamelan Puspa Warna berhasil mengangkat eksistensi kebudayaan Indonesia yang tidak tergerus budaya Zaman Now yang lebih cenderung meniru budaya popular asing.
Berbeda dengan apa yang dilakukan pecinta Indonesia diluar negeri khususnya warga asing yang justru mencintai budaya Indonesia dengan sepenuh hatinya. Kalau saja ada ribuan semangat seperti Ibu Putu Anggawati dan Theo niscaya uniknya kebudayaan Indonesia akan selalu dipuja karena peradaban budaya yang tinggi dan kekal sepanjang zaman.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018