Dalam hal ini, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) selaku penggagas acara tersebut.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada APPMI, karena pada event pameran ini terdapat 1 hall khusus untuk fesyen muslim. Hal ini tentu sebagai salah satu bentuk upaya dari APPMI untuk turut serta dalam mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia,” kata Airlangga melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Airlangga juga mengapresiasi bahwa asosiasi yang diketuai Poppy Darsono tersebut konsisten mengembangkan industri mode nasional dengan menggelar pekan mode IFW, di mana Kemenperin memfasilitasi perhelatan tersebut untuk pertama kalinya pada sekitar tujuh tahun lalu.
“Saya mengapresiasi APPMI yang telah konsisten memasuki tahun ke-7 menyelenggarakan IFW," ungkap Airlangga.
Dalam perhelatan ini, Kemenperin memfasilitasi sebanyak 18 stan industri kecil dan menengah yang merupakan binaan Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) yang terdiri dari industri fesyen, kain tenun, aksesoris, dan alas kaki.
Pada IFW tahun 2018 ini tema yang diangkat adalah Cultural Identity. Identitas budaya yang terdapat pada kain-kain nusantara seperti batik dan tenun menjadi bagian dari produk fesyen yang menjadi ciri khas fesyen Indonesia.
“Padu padan etnik lokal menjadikan produk fesyen yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga meningkatkan value added yang diperoleh sektor industri fesyen nasional,” tutur Airlangga.
Airlangga menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sangat berpotensi menguasai industri fesyen muslim dunia.
Indonesia juga merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) sebagai pengekspor fesyen muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan.
Sehingga, sangat layak bagi Indonesia untuk dapat menjadi kiblat fesyen muslim di dunia pada tahun 2020.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018